Mohon tunggu...
Diana Arnita
Diana Arnita Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Akuntansi

Syukuri Jalani Nikmati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Secangkir Teh

14 Mei 2019   08:10 Diperbarui: 14 Mei 2019   08:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari masih saja memancarkan sinarnya
Seperti biasa
Mendung nampak menggantung di langit sana
Harapan hujan turun pun muncul
Namun seperti biasanya
Mendung itu hanya berlalu tanpa peduli
Orang tua itu masih saja bergumul dengan padi-padi di sawah
Ya, dialah cinta pertamaku
Pahlawan hidupku
Tanpa keluh dia terus membersihkan rumput liar demi panen yang melimpah
Ayah, lekaslah pulang
Secangkir teh hangat sudah menunggu
Ayah, cobalah kau pinta mendung itu membanyangimu
Hingga sengatan matahari tak lagi membakar punggungmu
Sungguh pengorbananmu tak mampu terbayar materi apapun
Semoga kelak Firdaus menjadi imbalanmu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun