Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Orang yang Pandai Berdebat adalah Hebat?

28 Agustus 2017   10:33 Diperbarui: 1 September 2017   14:02 19050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Raiseforindia.com

Sepanjang perjalanan hidupnya, setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya perbedaan pendapat dan berujung pada perdebatan, termasuk orang yang paling cuek ketika kawan-kawannya sibuk memperdebatkan tanggal reunian yang cocok namun dia hanya bilang "Gw mah ngikut aja mau tanggal berapa juga".

Dalam berdebat pastilah mengangkat tema yang bermacam-macam, entah itu memperdebatkan masalah tanggal, makanan, bentuk - ukuran dan lainnya sesuai selera para debaters. Atau tema debat berkelas yang akhir-akhir ini semakin banyak dilakukan adalah membahas tentang politik, agama, dan pemberantasan narkoba. Seperti yang banyak diketahui bahwa berbicara masalah politik berarti dipercaya memiliki tingkat kepintaran yang tinggi atau bisa dibilang kritis, ya walau tak sepenuhnya benar sih heheee.

Orang yang Pandai Berdebat adalah Hebat ?

Ya, benar. Orang yang pandai berdebat adalah orang yang hebat. Gak percaya ? kalau kamu gak percaya coba diingat kembali dalam pembagian kelompok pembuatan jurnal atau makalah yang akan dipresentasikan dalam bentuk power point, kamu pasti akan merasa senang bila satu kelompok dengan yang pandai berdebat dan merasa cemberut ketika mendapat anggota yang pasif dalam presentasi. "Asik, gw sekelompok sama si A ye tralala trililiiii" kurang lebih begitulah gamabaran ketika melihat salah satu anggota kelompok ada yang padai berdebat.

Dalam dunia perkuliahan, forum debat bukanlah sesuatu yang asing lagi baik itu yang terbuka maupun tertutup. Mahasiswa dituntut untuk berpikir secara kritis dalam memandang segala sesuatunya entah itu untuk sejarah, hari ini atau hari kedepannya. Mereka ditempa untuk berani bersuara mengeluarkan uneg-uneg serta argumen tanpa harus dihipnotis terlebih dahulu seperti salahsatu program acara di TV yang pernah memboming dimassanya. Maka jadilah diusia yang sedang baru-barunya menginjak dewasa akan banyak kita temui forum debat yang diadakan mahasiswa baik yang secara formal diruang auditorium kampus ataupun debat kecil-kecilan diwarung kopi hitam. 

Aku punya cerita tentang pengalaman yang tak perlu diperjelas aktor, latar dan waktu kejadiannya, karena aku tau beberapa temanku ada yang membaca tulisan ini baik secara diam-diam atau tidak. Demi menghindari rasa tak enak hati jadi cerita ini sedikit samar-samar. Berawal saat aku dan 2 orang temanku sedang mengobrol, tiba-tiba salahseorang temanku bertanya seperti ini :

"Apakah Tuhan menciptakan kejahatan ?" 

Wah jelas pertanyaan tersebut pernah aku baca diinternet namun berhubung kawanku yang satu tak tahu dan untuk mengetahui sejauh mana obrolan kritis ini berlanjut maka aku cukup diam dan pura-pura tak tahu. Kemudian perdebatan ini dimulai dari temanku yang tak tahu bahwa pertanyaan ini sudah laris diinternet dan banyak dicomot sebagai alih-alih berpikir kritis, ia mencoba memberikan jawaban ini itu ngalor-ngidul dengan maksud menjawab pertanyaan dari temanku yang bertanya. Perdebatan semakin sengit ketika temanku yang bertanya ini tidak puas dengan jawaban yang diberikan dan menuntut ia untuk menjawab pertanyaannya sendiri dengan jawaban yang sudah dipaparkan di mbah google. Ya, dimulai dari menjelaskan bahwa dingin itu tidak ada, dan berdasarkan hukum fisika bahwa dingin adalah ketidak adaan panas, kemudian ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya gelap itu tak ada, dan gelap sebenarnya adalah ketidak adaan cahaya, saat dititik inilah seolah-olah pemikiran kritis muncul, kemudian diakhiri dengan jawaban :

"Kejahatan itu tidak ada, kejahatan adalah ketiadaan Tuhan". Yang merujuk pada kejahatan adalah hasil dari ketiadaan Tuhan dihati manusia.

Dari debat kecil-kecilan ini memang terkesan hanya sebagai aksi unjuk gigi temanku saja karena semua sudah tersetting dalam naskah cerita di mbah google, namun makna yang dipetik memang mengesankan. 

Sebagian orang memang kerap kali menyatakan dirinya senang terlibat dalam perdebatan, semangat mereka akan muncul untuk melakukan pertandingan silat lidah ini, entah itu untuk mencari solusi atau sekedar menunjukan bahwa "Nih gw nih" wew. Namun ada beberapa fakta yang memang patut disayangkan dari beberapa debaters yang kelakuannya kerap kali bikin geleng-geleng kepala. Misalnya adalah,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun