Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Agar “Wisatawan Mata Sipit” Berduyun-duyun ke Indonesia

16 Januari 2015   06:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:02 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421337636554960558

[caption id="attachment_391041" align="aligncenter" width="471" caption="www.liputan6.com"][/caption]

Manusia bermata sipit tentu bukan domain warga negara tertentu. Di Indonesia seringkali orang yang bermata sipit diidentikkan dengan orang China.  Dalam tulisan ini saya mengistilahkan wisatawan china sebagai wisatawan bermata sipit.  Sebagaimana diberitakan dalam siaran pers www.parekraf.go.id, wisatawan dari China yang mengunjungi Indonesia berada di posisi ke 4 setelah Singapura, Malaysia dan Australia.  Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, kunjungan wisatawan china pada bulan november 2014 mencapai 883.725 wisman.  Pemerintah Indonesia memfocuskan China sebagai salah satu pasar pariwisata Indonesia.  Bahkan dalam kunjungan ke China baru-baru tadi (13-15 Januari), Menpar Arief Yunus telah menandatangani MoU dengan  pejabat pariwisata China (China National Tourism Administration/CNTA)dimana salah satu isi kesepakatannya adalah mentargetkan kunjungan timbal balik sebanyak 2 juta wisatawan selama tahun 2015 ini.

Dari sisi transportasi Garuda Indonesia memberikan dukungan dengan membuka rute penerbangan kota-kota penting di China dengan Indonesia, pemerintah juga membebaskan visa masuk singkat, selain itu kementrian pariwisata juga telah melakukan berbagai event pameran pariwisata, pekan promosi kuliner Indonesia, pertunjukan gamelan, hingga berpartisipasi dalam bursa internasional pariwisata di negeri tirai bambu tersebut.  Belum lagi promosi melalui media online dan media cetak maupun elektronik yang kian massif dilakukan.

Menurut saya, apa yang dilakukan pemerintah tersebut sudah tepat.  Hanya saja dikesempatan ini saya ingin menyampaikan harapan kepada kementrian pariwisata yang baru agar wisatawan mata sipit berduyun-duyun ke Indonesia.  Misalnya saja dengan membuat media iklan digital menampilkan sosok orang china atau orang Indonesia sebagai presenter yang menceritakan dengan bahasa China tentang daya tarik sekaligus ajakan untuk berwisata ke Indonesia.  Perlu dipromosikan bahwa banyak tempat wisata selain Bali yang layak dikunjungi mereka.  Media iklan tersebut bisa diunggah di you tube atau bekerja sama dengan pihak lain (blog komunitas) atau stasiun TV China untuk turut mempromosikan iklan tersebut.

Selain itu, hendaknya di setiap destinasi wisata, disediakan guide yang menguasai bahasa China, bisa melibatkan warga keturunan China, atau warga yang memang telah dilatih untuk menguasai bahasa China. Alangkah baiknya, bila para guide ini dikoordinir dan dimanajemen dengan baik.  Bila memungkinkan sebaiknya mereka yang jadi guide adalah mereka yang memiliki kualifikasi dan telah memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh kemenparekraf.  Perlu dipromosikan bahwa guide-guide tersebut profesional dengan tarif terjangkau.

Tak kalah pentingnya menurut saya adalah adanya kerjasama dengan lembaga keuangan yang menyediakan penukaran renminbi (mata uang china) dengan dollar atau rupiah di tempat wisata, menyediakan ATM yang memudahkan transaksi dalam bahasa China dengan menyediakan mata uang dollar atau rupiah.  Atau adanya kebijakan untuk memberlakukan reminbi sebagai mata uang sah yang bisa dibelanjakan di tempat itu.  Di mana para penjual barang atau jasa, bisa menukarkan mata uang tersebut dengan dollar atau rupiah di tempat yang telah disediakan kemenparekraf.

Kemenparekraf bisa juga menggandeng perbankan China untuk membuka program tabungan wisata ke Indonesia dengan mekanisme yang mudah dan menguntungkan, bisa juga menggandeng perbankan Indonesia untuk melebarkan sayapnya ke China.

Bisa juga kemenparekraf melibatkan komunitas etnis china di Indonesia untuk mengadakan semacam event keakraban etnis dengan wisatawan asal china, misalnya melalui lomba-lomba tradisional yang bisa menimbulkan kesan mendalam selama mereka di Indonesia.  Saya kira hal ini penting sebagai bagian dari penyambutan hangat terhadap tamu.

Kemenparekaf juga bisa bekerjasama dengan sineas atau pihak perfiliman untuk memproduksi video documenter atau tayangan visual tentang kedekatan dan sejarah manis hubungan Indonesia dan China yang telah lama terbangun.  Diharapkan melalui tayangan tersebut wisatawan bermata sipit merasa bahwa mereka tidak sedang berwisata ke negara asing, tetapi justru merasa sedang mengunjungi keluarga sendiri.

Pemberian cendramata atau kenang-kenangan kepada wisatawan China yang berkunjung adalah salah satu cara efektif untuk memasarkan wisata Indonesia.  Cendramata bisa berupa kaos, gantungan kunci, goody bag, stiker, kepingan DVD berisi destinasi wisata Indonesia, maupun documenter tentang sejarah hubungan manis Indonesia dan China.

Disamping itu, kemenparekraf juga hendaknya bisa mengantisipasi prilaku-prilaku tak senonoh wisatawan mata sipit yang banyak dikeluhkan oleh beberapa negara, jangan sampai kedatangan wisatawan asal china tersebut hanya memberi keuntungan dari sisi penambahan devisa negara saja sementara menimbulkan masalah sosial yang merugikan.  Disinilah pentingnya rambu-rambu yang disusun oleh kemenparekraf yang disosialisasikan pada wisatawan mancanegara, sebagai bentuk antisipasi terhadap hal-hal negatif yang tak diinginkan.

Semoga dengan beberapa harapan ini, program pemerintah dalam menjadikan China sebagai focus pariwisata Indonesia terwujud.  Dan semoga wisatawan-wisatawan mata sipit itu berduyun-duyun dan doyan berkunjung ke Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun