Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Teh, Tak Sekedar Filosofi dan Histori

19 Januari 2017   15:45 Diperbarui: 19 Januari 2017   19:11 2357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Searah jarum jam (white tea, black tea, dan green tea) adalah jenis-jenis teh (dok.pri).

Teh, salah satu minuman yang familiar dan menjadi satu dari 3 minuman utama yang nonalkohol. Teh sudah dikenal seantero jagat. Tidak ada yang bisa mengenal secara pasti sejak kapan teh itu dikonsumsi. Sejarah mencatat jika pada 618-907 SM pada Dinasti Tang, di Tiongkok sudah dikenal budaya minum teh. Pada waktu itu, teh menjadi minuman yang istimewa dan mewah, bahkan hanya kalangan bangsawan yang bisa menikmatinya.

Seistimewakah teh itu dan mengapa demikian? Jika teh begitu istimewa pada waktu itu, bagaimana saat ini. Saat ini teh bukan lagi sesuatu yang istimewa. Dari restoran kelas atah hingga warung emperan juga menyediakan teh. Dari teh seharga ratusan ribu hingga yang hanya seribu segelas juga bisa terbeli. Teh tak lagi menjadi seistimewa seperti pada zaman Dinasti Tang pada waktu itu atau seperti di Asia Timur pada saat ini yang masih benar-benar mengistimewakan teh.

Pabrik teh Wonosari yang ada di lereng gunung Arjuno-jatim, memroduksi 3 jenis teh (dok.pri).
Pabrik teh Wonosari yang ada di lereng gunung Arjuno-jatim, memroduksi 3 jenis teh (dok.pri).
Secara definitif teh dibagi menjadi 2, yakni teh hitam dan teh hijau. Dalam perdagangan teh, teh hitam terdiri dari 70% dan teh hijau 30%. India, Sri Langka, dan Indonesia menjadi penghasil teh hitam terbesar di dunia. Teh hijau saat ini masih dikuasai oleh Tiongkok, Rusia, dan Jepang. Dengam mudah kita menyebut teh hitam, teh hijau, teh putih, tetapi kita melupakan apa makna di balik nama tersebut, apakah nama yang istimewa atau biasa saja? Sebenarnya dalam industri teh ada 12 nama teh yang penamaannya didasarkan pada proses pengolahan pascapanennya.

Dalam pengolahan teh, secara prinsip hanya ada 3 proses, yakni nonfermented (tanpa pelayuan), semifermented (semi pelayuan), dan full fermented (pelayuan penuh). Dari 3 proses pengolahan tersebut yang nantinya akan menghasilkan 12 jenis teh yang akan menjadi penentu citarasa, aroma, warna, dan tentu saja harga yang berimplikasi pada daya beli dan selera.

Jepang memiliki standar pengolahan teh yang ketat. Lewat proses pengolahan teh akan menghasilkan teh jenis tertentu dan nama khusus. Teh yang tidak dilayukan (non fermented), yakni daun teh segar akan di kukus menjadi 6 jenis teh; sencha, gyokuru, kabusecha, tencha, tamaryokucha, dan bancha. Teh ini memiliki rasa pahit dan sepat yang kuat, begitu juga dengan aroma, tetapi warna masih nampak kuning kehijauan. Orang Jawa bisa mengonsumsi teh ini dengan cara memetiknya lalu direbus, ada yang dicampur dengan sedikit garam dapur ada juga yang dicampur dengan gula kelapa. Orang Jawa menamakan teh dengan model pengolahan ini dengan teh trasan.

Teh trasan, demikian masyarakat yang tinggal di lereng gunung Merbabu menyebut teh yang dari daun segar langsung direbus (dok.pri).
Teh trasan, demikian masyarakat yang tinggal di lereng gunung Merbabu menyebut teh yang dari daun segar langsung direbus (dok.pri).
Teh yang tidak dilayukan ada juga yang didulang dan akan menjadi 2 jenis teh, yaitu ureshinocha dan aoyagicha. Cara pembuatan teh ini dengan cara disangrai. Teh jenis ini memiliki citarasa yang unik yakni; rasa sangit (asap), gurih, sepat, sedikit pahit, aroma seperti daun terbakar, dan warna yang kuning kemerahan. Teh model sangrai ini juga sering dibuat oleh masyarakat Jawa dengan menggunakan belanga.

Proses pengolahan teh yang kedua adalah dengan semipelayuan (semifermented), yakni dengan membuat teh layu/lemas. Proses ini bertujuan mengurangi kadar air dan menghambat reaksi biokimia-enzimatis. Daun-daun teh dipaksa untuk memperlambat reaksi biokimia. Pada pengolahan semi fermented dihasilkan 3 jenis teh, yaitu; pauchong, jasmine, dan oolong tea. Teh jenis inilah yang terkenal dan banyak di pasaran. Jasmine tea dikenal dengan teh yang aromanya harum karena ditambah dengan aroma bunga melati. Oolong tea ditambahkan aroma, perisa dan warna cokelat sehingga akan menghasilkan citarasa yang khas.

Dari pengolahan teh, secara prinsip disimpulkan teh dibedakan menjadi 2, yakni; green tea/teh hijau dan teh hitam. Teh yang tidak mengalami proses pelayuan/fermentasi akan masih terdapat zat klorofil/zat hijau daun. Jika teh tersebut diseduh makan akan masih nampak warna kehijauan, sehingga disebut teh hijau atau teh yang tidak difermentasi. Teh hitam adalah teh yang prosesnya mengalami pelayuan dan fermentasi, yang akibatnya klorofil terdegradasi sehingga teh akan berwarna kuning, cokelat, dan kemerahan.

Beragam cara menikmati teh, dari memadukan teh hijau dan teh putih dan semua memiliki cirikhasnya masing-masing (dok.pri)
Beragam cara menikmati teh, dari memadukan teh hijau dan teh putih dan semua memiliki cirikhasnya masing-masing (dok.pri)
Cukup mudah sebenarnya membedakan Anda mengonsumsi teh jenis apa tanpa harus melihat kemasan pembungkusnya. Anda cukup melihat tampilan warna, aroma, dan rasa. Teh memang urusan selera, tetapi di balik selera ada sejarah, proses, dan manfaat tersembunyi. Selamat menikmati teh dengan sejarah, proses dan manfaatnya... mari ngeteh mari...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun