Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pulau Doom, Kota Belanda di Tanah Papua

29 Agustus 2014   19:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_356031" align="alignnone" width="640" caption="Dari gereja inililah lonceng yang memekakan telinga itu terdengar di seluruh pulau. Mendung dan gerimis tak menghalangi umat untuk beribadat. (dok.pri)."][/caption]

Dari ujung kepala hingga kaki serasa bergetar saat seorang majelis gerja GKI-di Tanah Papua, memukul lonceng. Batangan besi di pukulkan dengan keras pada tabung besar yang biasa untuk menyimpan oksigen rumah sakit. Saya hanya bersenandika "pasti pulau dengan garis pantai 4,5Km mendengar suara lonceng pertanda ibadah segera dimulai". Beberapa becak berdatangan mengantarkan para jemaat yang akan beribadah sore, dan tak berapa lama terdengar suara dari masjid menunjukan sholat ashar tiba. Hari ini saya terjebak di sebuah pulau bersejarah dan paling maju di Papua Barat pada waktu itu, yakni pulau Doom.

[caption id="attachment_356034" align="alignnone" width="640" caption="Pulau Doom dari jendela pesawat (dok.pri)."]

14092909451774620813
14092909451774620813
[/caption]

Dari jendela pesawat yang menerbangkan saya dari ujung pandang menuju bandara Dominik Eduard Osok, Sorong terlihat pulau Doom dengan jelas. Pulau ini nampak kontras karena berbeda dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti pulau Jefman atau Soop. Pulau Doom nampak lebih padat penduduk, terlihat bangunan-bangunan yang begitu rapat. Perahu-perahu kecil nampak hilir mudik dari pulau kecil ini menuju pelabuhan rakyat di Sorong.

[caption id="attachment_356035" align="alignnone" width="640" caption="Peta pulau Doom (osm.org)."]

14092909841899391875
14092909841899391875
[/caption]

Hanya dengan membayar Rp 4.000,00 sebuah loang boat 15PK siap menyebrangkan menuju pulau Doom. Namun, bagi yang tidak tahan dengan guncangan ombak disarankan untuk tidak masuk dalam perahu dulu karena harus menunggu penumpang hingga hampir penuh. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di dermaga pulau Doom. Begitu sampai di dermaga, sepasang lumba-lumba di atas papan nama dan para pengayuh becak sudah menyodorkan mulut becaknya agar penumpang segera naik. Di pulau ini hanya ada becak, sepeda, sepeda motor dan perahu sebagai moda transportasinya.

[caption id="attachment_356037" align="alignnone" width="640" caption="Sepasang lumba-lumba menyambut mereka yang datang lalu dilanjutkan para pengayuh becak (dok.pri)."]

14092910182013048762
14092910182013048762
[/caption]

Tak nyaman jika harus jalan-jalan dengan naik becak, maka diputuskan jalan kaki saja di bawah rintik hujan gerimis. Berjalan di sini harus hati-hati karena becak, sepeda motor dan sepeda bersliweran di jalan yang sempit dan padat. Langkah kaki saya berhenti di sebuah lapangan sepak bola. Anak-anak kecil menariakan "om foto om foto.." dan saya segera layani mereka. Saya teringat akan sebuah artikel, konon ini adalah lapangan tertua di Papua Barat yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda.

Pulau Doom adalah pusat pemerintahan di Papua Barat pada waktu itu. Tempatnya yang terisolir, strategis karena pelabuhan menjadikan pilihan Belanda membangun kota ini sebagai markas utamanya dibandingkan di Sorong. Konon awalnya pulai Doom adalah milik bangsawan dari Maluku dari keluarga Melibela. Pulau Doom layaknya kota tua belanda seperti di kawasan kota tua Jakarta dan kota lama Semarang. Di sini masih dijumpai bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang masih utuh ataupun yang sudah direnovasi.

[caption id="attachment_356039" align="alignnone" width="640" caption="Anak-anak ini bermain bola di lapangan yang paling tua di Papua (dok.pri)."]

1409291099685642674
1409291099685642674
[/caption]

Konon di dekat lapangan sepak bola ini ada bangunan yang disebut sebagai gedung kesenangan. Gedung yang dipakai buat bersenang-senang tentara Belanda ini dilengkapi dengan kamar, lapangan olah raga dan kolam renang. Sayapun melanjutkan perjalanan dengan menapaki jalanan yang menjadi nadi pulau Dom. Jalan yang dilewati ini adalah bentuk tata kota Pulau Doom sejak jaman  pemerinthan Hoofd van Plaatselijk Bestuur (HPB). Tidak bisa dibayangkan bagaimana pada masa lalu kota ini yang mendapat julukan pulau bintang. Mengapa demikian, karena nyala listrik pada malam hari begitu terang di pulau ini, sedangkan di Sorong belum ada listrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun