Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Yuk, Tinggalkan Hal-hal Meragukan dalam Bermedsos!

6 Juni 2017   23:01 Diperbarui: 8 Juni 2017   13:35 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.maxmanroe.com

Beberapa tahun yang lalu, entah saya lupa kapan pastinya, Ayahku pernah mengatakan begini kepada saya: 

"Internet kok percaya. Itu banyak bohongnya!"

Kalau saya pikir-pikir, ada benarnya juga. Saya pernah kena tipu ketika belanja buku favorit saya secara online. Padahal saya tidak ingin belanja ke sana karena situsnya kurang dipercaya. Mungkin, karena kebutuhan saya akan pengetahuan tentang temperamenku yang akhirnya menabrak keraguan dalam hatiku.

Oke, kembali ke ranah media sosial. Pernah saya ceritakan di sini, bahwa semasa SMA saya suka ngetweet dan menulis status di Facebook. Namun, setelah lulus sekolah, saya akhirnya jarang aktif bermedos lagi. Tidak hanya saya, banyak teman-temanku yang melakukan hal yang sama karena padatnya kesibukan mereka. Walaupun demikian, banyak juga teman-temanku yang masih bereksis-ria dengan status-status medsos mereka.

Semenjak saya terjun di dunia blogging, rasanya saya menemukan hal-hal yang berbeda. Di Kompasiana sendiri, artikel-artikel yang ditayangkan sudah dikurasi terlebih dahulu sehingga saya nyaman dalam membaca karya-karya mereka. Beda dengan di media sosial--terlebih lagi, Facebook. Statusnya kebanyakan galau, selfie dan banyak dijumpai berita-berita hoax, kabar yang meragukan dan konten pornografi yang jika saya melihatnya, langsung saya buang muka karena benci. 

Ya meskipun banyak juga yang menuliskan statusnya dengan konten yang positif, gara-gara konten di atas, saya semakin tidak betah dalam bermedia sosial. Apalagi berita-berita hoax yang disebarkan di dalamnya, dengan alamat yang tidak jelas, saya semakin enggan untuk membacanya. Gimana jadinya kalau informasi tersebut mudah masuk ke pikiran saya? Mudah mengatakan hal-hal yang tidak benar, bukan?

Saya semakin resah jika menjumpai hal-hal begituan di medsos. Makanya saya lebih sering berkarya lewat blog dan membaca artikel berita terpercaya lewat mesin pencari. Apalagi semenjak saya menerima amanah berupa verifikasi biru, saya memutuskan untuk tidak menulis yang meragukan (syubhat), dan selalu berhati-hati.

***

Pada era sekarang ini, internet semakin membuka diri untuk menampung informasi dan konten dari siapa saja. Tapi, jangan salah, di balik kebebasan dan keterbukaan itu, sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab dengan mudahnya menyebarkan konten-konten yang bernilai negatif. Konten-konten porno, berita hoax, yang paling parahnya lagi, menyebarkan informasi yang belum tentu isinya benar!

Nah, untuk menangkal konten-konten yang negatif, perusahaan sosial media biasanya melakukan verifikasi, juga pengawasan konten. Contoh mudahnya, Thailand langsung mengawasi konten-konten yang bersilweran, dan jika ditemukan kalimat atau status yang dianggap menghina kerajaan, terutama raja Bhumibol Adulyadej, akan dikenai sanksi hukuman penjara.

Akan tetapi, alangkah baiknya kalau ada yang mengambil alih untuk menjaga iklim bermedsos dengan konten-konten yang positif. Siapa lagi yang melakukannya, kalau kita selaku penggunanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun