Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pernikahan Putri Mako, Antara Teladan dan Harapan bagi Rakyat Jepang

22 Mei 2017   02:37 Diperbarui: 22 Mei 2017   10:33 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya membuka beranda Kompas.com, ada satu berita yang menarik perhatian saya. Berita tersebut, tentunya berkaitan dengan keluarga Kekaisaran Jepang. Tentu, ini bukanlah berita tentang kunjungan Kaisar dan keluarganya—melainkan sebuah kabar pertaruhan antara sedih dan bahagia.

Yup, cucu tertua Kaisar Akihito, Putri Mako, dikabarkan akan melepas masa lajang. Dan, seperti yang dilaporkan NHK, upacara pernikahan akan dilangsungkan tahun depan.

Dan, kalau memang terjadi... tahun 2018 bakal lebih “memprihatinkan” bagi keluarga Kekaisaran karena jumlah anggota keluarganya akan semakin berkurang, ditambah lagi pada bulan Desember di tahun yang sama, Kaisar Akihito akan turun dari singgasana Krisan ini. Ya, bagaimana lagi, kita nggak bisa mencegahnya , ‘kan?

Memang iya, beliau sudah merencanakan untuk mundur—sesuatu yang pertama kali dilakukan setelah lebih dari dua abad lamanya—karena alasan kesehatan yang menghambat pelaksanaannya sebagai kepala negara. Kalaupun untuk “mengganti” anggotanya untuk menjalankan tugas kekaisaran, pastinya perlu waktu lama, pasalnya dua anggota keluarganya, belum mencapai usia kedewasaan.

Sang Putri yang Menikahi “Si Pangeran Laut”

Tentunya yang dimaksud Pangeran Laut bukan yang tertera di dalam dongeng atau kisah fiksi ya, hahaha.... Itu adalah gelar yang disematkan pada tahun 2010, untuk keperluan iklan kepariwisataan kota Fujisawa, yang terletak di Prefektur Kanagawa. Tentu saja, dia tidak sendiri, ada beberapa duta pariwisata lain yang ikut mempromosikan keindahan kota tersebut, untuk menarik para pengunjung.

Sang peraih gelar tersebut tak lain dan tak bukan adalah Kei Komuro, yang secara genealogis bukanlah bangsawan sejati. Dia hanyalah lelaki biasa yang bekerja di perusahaan bidang hukum dan tengah kuliah pascasarjana di sebuah universitas di Tokyo. Sosok itulah yang membuat sang putri jatuh hati kepadanya.

Ya, bagaimana tidak, Komuro, yang terlahir 18 hari lebih dulu dari Putri Mako, adalah teman kuliahnya sewaktu Putri Mako menempuh program sarjana di Universitas Kristen Internasional—universitas yang juga ditempuh sang putri dalam program doktoral—yang bertemu  pertama kalinya ketika ada acara yang membahas tentang kuliah di luar negeri. Ada pula sumber lain menyebutkan bahwa dua sejoli tersebut bertemu di sebuah restoran di Tokyo.

Kini, lima tahun berlalu semenjak pertemuan, pasangan tersebut akan segera bertunangan, dan harus melakukan berbagai ritual-ritual tradisional dan belajar tata krama demi bisa mempersunting seorang putri kekaisaran. Bahkan, ketika berangkat bekerja pun, Komuro dikawal oleh lima polisi, lho!

Walaupun demikian, sesuai dengan adat Jepang, tetap saja Putri Mako harus menanggung risikonya, ikut suami setelah menikah dan harus meninggalkan kemewahan istana. Hal ini terlihat dengan penyematan nama keluarga suami di belakang namanya, menjadi Mako Komuro. Dia, tak lagi menjadi anggota keluarga Kekaisaran dan berganti statusnya menjadi warga biasa.

Nasib Para Anggota Kekaisaran Jepang Kini, Pasca Pernikahan Putri Mako

Bukan hal yang aneh memang, seorang putri kekaisaran memutuskan untuk menikah dengan rakyat jelata. Hal itu sudah sangat lama terjadi, tepatnya pada tahun 1950, ketika pertama kalinya dalam sejarah,  putri ketiga Kaisar Hirohito, Kazuko, Putri Taka, menikahi Takatsukasa. Setelah itu, dua putri Kaisar Hirohito yang lain, dua putri pangeran Mikasa, putri tunggal Kaisar Akihito, dan putri kedua Pangeran Takamado, telah mengikuti jejaknya; menikah dengan rakyat biasa, tak peduli berketurunan bangsawan atau bukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun