Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meleburkan Semangat Kartini pada Peringatan Lain, Mengapa Tidak?

22 April 2017   19:04 Diperbarui: 23 April 2017   15:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Semangat Kartini tidak hanya berhenti saat hari kelahirannya, 21 April, namun juga terwujud lewat aksi-aksi positif berikut di hari berikutnya"

Hmmm, jika kita berpikir kembali tentang hari perayaan yang meng-Indonesia, Hari Kartini, kita akan teringat pada satu hal: kebaya, kebaya, dan kebaya. Memang sih, kalau Kartini identik dengan kebaya, baju khas dari tanah Jawa yang tak pernah lepas dari raganya; selalu dikenakannya sebagai putri keturunan bangsawan. 

Ya, bagaimana tidak, sebagai putri keturunan keraton, adalah hal-hal yang wajib bagi seorang Kartini untuk tunduk pada kebudayaan dan tata-krama kebangsawanan Jawa yang cenderung kaku, termasuk dalam soal berpakaian. Ditambah lagi dengan  soal pendidikan, dimana pada umur 12 tahun, Kartini wajib dipingit sesuai dengan kebudayaan Jawa pada masa itu.

Lewat perjuangannya yang tak pernah lelah, meskipun tak berbekal bambu runcing--melainkan pena, yaitu berkirim surat kepada sahabat penanya di Belanda, Kartini berhasil menularkan semangatnya kepada wanita pribumi yang pada saat itu memiliki kebebasan yang amat terbatas; urusannya hanya mentok ke dapur, sumur, dan kasur. Akibatnya, bisa ditebak; pada saat ini, para wanita Indonesia bisa meraih posisi yang diinginkan, dan mampu berkarya sesuai bidangnya masing-masing!

Kini, Hari Kartini yang telah diperingati Jum'at kemarin, jangan semata berhenti dalam bentuk seremonialnya, ya ! Justru itulah, nilai-nilai yang telah diperjuangkannya, harus mengabadi, lewat serangaian aksi-aksi yang membangun negeri ini. Oh ya, di belakang Hari Kartini, ada dua perayaan internasional yang telah menanti. Ya apalagi kalau bukan Hari Bumi dan Hari Buku Sedunia! 

Maka, lewat dua perayaan yang juga dirayakan di seluruh dunia, masing-masing tanggal 22 dan 23 April, para wanita--dengan semangat Kartini yang sedang hangat-hangatnya--mestinya harus turut berperan aktif juga, memberdayakan masyarakat untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Nah, kegiatan apa saja yang patut dilakukan para wanita, untuk membangun negerinya di hari-hari selanjutnya?

22 April: Hari Bumi

Hari Bumi, yang dicetuskan pada tahun 1970 dan masih dirayakan hingga kini, memang bertujuan untuk memberi peringatan kepada manusia tentang kondisi dunia yang semakin menua dan maraknya kerusakan lingkungan yang terjadi di muka bumi, akibat tangan-tangan manusia. Tentu saja, hari Bumi yang jatuh pada hari ini, sudah pasti akan diisi dengan acara yang menyelamatkan lingkungan.

Ya, seperti yang saya baca di akun Facebook pada pagi ini, dimana ada acara yang diadakan oleh Greenpeace Indonesia, bertajuk "Puisi untuk Ibu Bumi" yang akan diselenggarakan pada 27 April nanti, tentu saja untuk memperingati Hari Kartini dan Hari Bumi. Selain itu, semangat yang sama juga ditunjukkan oleh Palyja, yang mengadakan lomba pungut sampah, Kartini cilik, dan menebar jaring ikan, tentunya dengan mengenakan baju kebaya!

Di sekolah, salah satu SMP di kota Cirebon, juga mengadakan acara yang berbeda dengan kebanyakan sekolah lainnya. Jika di sekolah lainnya hanya difokuskan pada perayaan Kartini yang cenderung pada peragaan busana daerah Indonesia, sekolah tersebut malah melakukan hal-hal yang tak biasa. Caranya, ya menggabungkannya pada Hari Bumi yang bisa diwujudkan dengan membuat kostum kebaya dan baju khusus pria, tentunya dengan menggunakan sampah plastik yang tak bisa diurai.

Dan tak hanya itu, para kaum wanita bisa berpartisipasi untuk turut menjaga kelestarian lingkungan. Mereka bisa mengampanyekan tentang kerusakan lingkungan, menanam pohon di lahan kosong dan mangrove di pantai, serta memberdayakan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan anorganik. Pokoknya, apapun kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan, seyogianya kaum wanita tak ketinggalan untuk terus berdaya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun