Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bolehkah "Membicarakan" Prinsip Pribadi di Media Sosial?

8 Agustus 2017   04:21 Diperbarui: 22 Agustus 2017   09:04 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Brand Chemistry

Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah tulisan yang justru membuat hatiku resah karena membicarakan prinsip pribadi. Tak usah kalian tanya apa artikelnya, karena saya enggan membahas hal itu. Pokoknya, artikel tersebut bertentangan dengan prinsip yang sedang dipegang olehku.

Memang iya, pada dasarnya saya menghargai apa pilihan hidup yang akan dijalani orang lain. Tapi, kalau mereka sudah bertanya-tanya apa yang berkaitan dengan prinsip pribadiku, hati saya akan "memberontak" dan tidak akan menjawabnya. Begitu pun ketika membaca artikel, walaupun ada hal-hal yang bisa menginspirasi, jika menemukan sesuatu yang bertentangan dengan prinsipku, saya tidak akan mengikutinya.

Nah, seperti yang terjadi saat Lebaran lalu, ketika sepupu dan teman SD-ku bertanya hal yang sama kepadaku: "Kapan Nikah?" Lha, boro-boro ditanya rencana itu, saya 'kan masih lajang, butuh proses untuk "mempersiapkan diri"! Lagi pula, harus berpegang pada prinsip, bukan?

Ya, begitulah kenyataannya. Karakter seseorang dengan yang lain, memang tidaklah sama. Begitu pun dengan prinsip. Kalau seandainya diseragamkan, rasanya itu mustahil. Karena, di dunia ini, kita diciptakan berbeda karena akan "diperankan" seperti apa diri kita. Kadang-kadang dengan perbuatan baiknya, kita ikut menginspirasi, ada pula ketika menyaksikan eksekusi orang yang berbuat jahat, kita pun bisa mengambil pelajaran darinya.

Seperti Apa Ya, Prinsip Seseorang Itu?

Sepengamatan dan menurut pendapat saya, prinsip atau jati diri dipengaruhi oleh nilai-nilai yang telah ditanamkan ke diri seseorang. Baik itu pendidikan, lingkungan, pengalaman dan keluarga. Malahan, dua kutub temperamen yang dimiliki seseorang (introvert dan ekstrovert), bisa membentuk prinsip yang mengakar pada dirinya.

Bahkan, pada buku Ungkapan Hikmah karya Pak Komar, jati diri seseorang tergantung pada buku yang dibacanya, teman dekat, pekerjaan yang diminati, dan cara memperlakukan orang yang belum dikenal.

Dengan pengaruh-pengaruh itulah, prinsip seseorang bisa berbeda-beda, dan tak ada yang sama. Dan, prinsip itu, terletak di dalam hati, atau kalau bisa dibilang secara ilmiah, ya terletak di bagian depan dari otak (lobus frontal). Coba kalian lihat, wujud otak kalian sama, beratnya tak jauh berbeda. Yang bisa membuatnya "jadi lain", ya "lekukan-lekukan" yang berwujud sambungan-sambungan neuron (sel saraf) di dalamnya, bukan?

Nah, prinsip-prinsip yang diterima dalam diri itulah yang akhirnya terwujud dalam perbuatan, di keseharian kita. Maka jangan heran, kalau kita menyaksikan tingkah laku masyarakat, yang berbeda satu sama lain. Itu semua, seperti yang telah saya jelaskan tadi, perbuatan yang tak sama, bergantung pada prinsipnya, iyaa 'kan?

Prinsip yang menginspirasi, itu lebih baik!

Prinsip-prinsip yang ada dalam diri seseorang, ada yang baik, ada juga yang buruk, tergantung kita cara menilainya. Ketika prinsip tersebut "diterjemahkan" dalam keseharian kita, bisa jadi punya daya tarik untuk bisa mengikutinya, kecuali kalau seseorang punya nilai-nilai yang dipegang dengan kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun