Mohon tunggu...
Dewips
Dewips Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary woman

Mau copy-paste artikel? Boleh saja, dengan tetap tampilkan asal sumber tulisan! Visit me @ ladiesbackpacker.wordpress.com, Email me : swap.commune@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Memperingati Hari Pergantian 'Gender Anak'

6 November 2013   18:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:31 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada budaya unik yang ingin saya kabarkan dalam artikel ini. Dimana pada tanggal 14 nanti yang bertepatan pada hari kamis minggu kedua bulan November, setiap pelajar sekolah dasar di seluruh Swiss khususnya mereka yang berada di kelas 5, 6 dan 7 akan diliburkan dari kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Namun bukan berarti mereka dibebaskan bermain pada hari itu melainkan mereka diberi tugas untuk mengikuti orang tuanya pergi bekerja guna mengamati aktivitas pekerjaan orang tuanya sehari-hari. Mereka juga tidak hanya dikenalkan dengan pekerjaan kantoran biasa. Banyak yang orang tuanya seorang buruh atau pekerja konstruksi juga mengenalkan banyak aktivitas hariannya di lokasi kerja pada anak mereka. [caption id="attachment_276290" align="aligncenter" width="280" caption="Anak anak belajar menjadi tukang bangunan"][/caption] Uniknya lagi adalah anak perempuan harus dikenalkan dengan pekerjaan yang lebih condong ke gender laki-laki begitupun sebaliknya. Jadi pada hari itu anak perempuan wajib ikut ayahnya bekerja sedangkan anak laki-laki ikut ibunya. Pengenalan dunia kerja memang penting diperkenalkan pada anak-anak sejak dini. Banyak manfaat yang bisa didapat apabila mereka tahu bagaimana keadaan pekerjaan orang tuanya. Minimal mereka mulai mengerti betapa sulitnya membanting tulang mencari nafkah demi keluarga. Hari pengenalan dunia kerja untuk anak-anak ini biasa disebut dengan Hari Masa Depan atau Zukunftstag, meski dulunya lebih dikenal dengan  Hari Anak Perempuan. Karena sejarahnya bermula saat para orang tua ingin agar anak-anaknya mengenal dunia kerja mereka, tetapi mereka tidak ingin membeda-bedakan bentuk pekerjaannya apakah untuk lelaki atau perempuan. Jadi anak-anak wajib dikenalkan dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan gendernya. [caption id="attachment_276291" align="aligncenter" width="280" caption="Praktek menjadi seorang buruh pabrik"]

13837107221288732160
13837107221288732160
[/caption] Lalu bagaimana untuk anak yang orang tuanya pengangguran? bahkan beberapa Institusi dan Organisasi di bidang perlindungan anak, dalam hal ini biasanya Lembaga Pendidikan Independen telah menyediakan fasilitas khusus untuk anak-anak yang orangtuanya tidak memiliki pekerjaan. Anak-anak itu pun diikutsertakan secara grup ke dunia kerja orang dewasa pada umumnya. Melihat anak-anak mengamati orang dewasa bekerja maka mereka paham betapa sulitnya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan begitu mereka pun sadar jika ingin membeli sesuatu yang mereka butuhkan atau inginkan maka mereka pun juga harus berusaha. Dalam hal ini banyak orang tua yang membiasakan anak-anaknya untuk berusaha terlebih dahulu sebelum meminta sesuatu. [caption id="attachment_276292" align="aligncenter" width="280" caption="Grup mengamati pembuatan brain system ala Siemens"]
138371077556032757
138371077556032757
[/caption] Contohnya orang tua akan memberikan apa yang diinginkan anaknya jika mereka sudah membereskan kamar tidurnya atau telah membantu ibunya membersihkan ruangan di rumah. Jadi wajar saja kalau anak-anak itu tidak merasa gengsi saat dewasa untuk melakukan semua pekerjaan yang menurut kita kasar seperti buruh pabrik, tukang bangunan atau bahkan petani/ peternak. Karena semua itu sudah diperkenalkan sejak dini dan mereka merasa pekerjaan apapun cocok selama mau bersungguh-sungguh. Hal yang patut ditiru untuk para orang tua yang harusnya bisa memberi contoh kecil dalam hal baik kepada anak-anaknya. -Photos by: Nationalerzukunftstag.ch

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun