Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ladiesiana dan Isu tentang Perempuan

17 Maret 2017   19:03 Diperbarui: 18 Maret 2017   08:00 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan perlu lebih berani berpendapat dan lebih berdaya (dok. http://www.topbuzz.in)

Kompasiana memiliki beragam komunitas yang pendiriannya umumnya dilatarbelakangi kesamaan minat atau kesamaan tempat tinggal. Berbicara tentang komunitas perempuan di Kompasiana, ya Ladiesiana tempatnya. Ladiesiana mulai aktif mengisi halaman Kompasiana sejak tahun 2014 sehingga kini sudah tiga tahun Ladiesiana memberikan kontribusi bagi para perempuan.

Ladiesiana memang belum banyak menggelar even. Yang saya ingat pada awal 2015 mereka menggelar acara tentang perhiasan berlian dimana perhiasan identik dengan perempuan. Selanjutnya mereka bekerja sama dengan berbagai komunitas menghelat lomba artikel memperingati hari Ibu dan mengadakan lomba membuat artikel tentang sosok perempuan Kompasiana. Even terakhir 2016 yang menarik tapi tidak sempat saya ikuti adalah women self defence, yaitu teknik dasar pertahanan diri bagi perempuan. Kegiatan-kegiatan yang pernah diadakan Ladiesiana memang sejalan dan pas dengan perempuan. Ke depan saya yakin akan semakin banyak kegiatan yang akan dihelat Ladiesiana mengingat topik perempuan itu sangat luas dan berkembang dinamis.

Ada banyak topik tentang perempuan yang masih menarik untuk dibahas seperti emansipasi, kekerasan dalam rumah tangga, pemberdayaan perempuan, peran serta perempuan dalam panggung politik atau menyampaikan pendapatnya dan sebagainya. Topik-topik seperti ini ada di sekitar kita tapi tidak terlalu banyak dibahas di lingkup masyarakat kecil seperti di lingkungan keluarga, lingkungan RT/RW ataupun di lingkungan kerja. Saat menghadiri arisan di lingkup RT, misalnya, yang dibahas rata-rata adalah hal-hal yang umum seperti kasus demam berdarah, pendaftaran sekolah, kerja bakti, dan lain-lain. Ketika akhirnya ada salah seorang warga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga hingga bercerai, maka baru warga lainnya paham akan pentingnya pengetahuan tentang hal-hal yang masuk kekerasan dalam rumah tangga dan cara melaporkannya.

Seperti yang pernah diutarakan dalam even Kompasiana tentang KDRT, pemahaman ruang lingkup KDRT penting dipahami oleh perempuan. Selama ini ada kecenderungan perempuan enggan untuk melaporkan KDRT yang dialaminya karena merasa hal itu kesalahannya atau menganggapnya sebagai aib yang harus ditutupi. Padahal jika perempuan itu telah memiliki anak dan si anak sering melihat kejadian kekerasan tersebut maka bisa jadi si anak akan mengalami trauma.

Topik berikutnya yang tak habis dibahas adalah emansipasi perempuan dimana saat ini mulai mengalami pergeseran makna. Hingga tahun 2000-an, emansipasi wanita sering dimaknai positif, bagaimana perempuan dapat terlepas dari belenggu. Namun entah kenapa saat ini ada saja kalangan yang memberikan cap negatif ke emansipasi dan kelompok feminisme. Ada yang menyebutnya melanggar kodrat wanita, ada yang mengolok-olok jika kaum feminis yang hamil tidak perlu mendapat fasilitas duduk di transportasi umum, ada yang menyebut sebagai perempuan yang bakal selamanya lajang, dan sebagainya. Anehnya, bukan hanya sebagian kecil dari kaum pria yang memberikan stempel negatif ke gerakan emansipasi perempuan dan kaum feminis, melainkan juga beberapa kalangan wanita sendiri. Stigma negatif ini mulai saya amati belakangan ini.

Padahal dalam realita masih banyak hal-hal yang kurang mendukung perempuan hingga saat ini seperti misalnya  kesetaraan gaji dan kesempatan menduduki posisi tertentu. Emansipasi wanita sendiri bukan berarti wanita menjadi pria, melainkan wanita memiliki pilihan. Wanita berhak memiliki pilihan dan memiliki kendali atas hidupnya. Jika si wanita akhirnya memutuskan terus melajang, itu adalah pilihannya dan sepatutnya dihargai. Jika ada perempuan hamil dan si pria tidak memberikan tempat duduk di transportasi umum karena menganggap emansipasi perempuan, itu hal yang tidak benar dari segi pemaknaan emansipasi dan juga dari sisi kemanusiaan.

Topik pemberdayaan perempuan juga sesuatu yang menarik dan untunglah akhir-akhir ini ada semakin banyak pihak yang peduli untuk permasalahan ini. Adanya wadah para bloger perempuan dan kelompok wirausahawati yang menjalankan usahanya melalui jejaring sosial menurut saya adalah contoh dari pemberdayaan perempuan yang sebelumnya hanya sebagai mahasiswi atau ibu rumah tangga. Para ibu dan para remaja perempuan di sekeliling kita rata-rata memiliki talenta yang beragam dan menunggu untuk digerakkan semangatnya atau diberi pengetahuan tentang langkah-langkah pengembangan diri.

Tentang peran serta perempuan dalam panggung politik saya rasa juga penting agar suara dari kaum perempuan terwakili. Saat ini jumlah perempuan yang menduduki jabatan penting di pemerintahan atau berkecimpung sebagai wakil rakyat persentasenya masih kecil dibandingkan kaum pria. Hal-hal seperti ini seperti bagaimana caranya agar perempuan bisa berkiprah di dunia politik atau bagaimana agar suara perempuan dapat didengar oleh wakil rakyat masih jarang dikulik.

Ladiesiana memiliki potensi untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi para perempuan.. Oleh karena Ladiesiana terdiri atas para perempuan yang gemar menulis maka  pendapatnya akan bisa dibaca oleh banyak kalangan. Terus bersemangat para punggawa Ladiesiana :)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun