Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Candi Ijo, Favorit Baru Wisatawan

14 Oktober 2019   09:14 Diperbarui: 14 Oktober 2019   12:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompleks candi ijo (dokpri)

Jarum jam belum menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tapi hari itu cuaca begitu terik. Sinar matahari terasa begitu terang dan panasnya menyengat. Aku jadi bertanya-tanya, mungkin seharusnya pagi-pagi sekali atau jelang petang aku menuju kompleks Candi Ijo. Tapi kemudian aku tak menyesal.

Dari bandara perjalanan menuju Candi Ijo terbilang sebentar. Sekitar 30 menitan. Roda dua yang mengantarkanku membawaku menuju Candi Prambanan, kemudian terus melaju, melewati Tebing Breksi yang sedang beken dan terus menanjak.

Wah panoramanya begitu indah. Gersang sekaligus menawan. Angin berhasil mengalahkan terik sang surya, membuatku tak lagi terasa gerah.

Candi itu terletak di sebuah lereng bukit padas. Ia berupa kompleks percandian, dengan candi utama yang berukuran besar kemudian ada candi pengiring. Di tempat lain juga terdapat candi-candi yang baru dan sedang dipugar. Menurut penjaga, bisa jadi masih ditemukan candi-candi lagi.

Harga tiketnya murah. Hanya p 5 ribu untuk wisatawan lokal. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara dikenakan Rp 10 ribu. Ia buka dari pagi hingga sekitar pukul 18.00 karena banyak yang berburu matahari terbenam di sini. 

Tiga candi yang berjajar (dokpri)
Tiga candi yang berjajar (dokpri)
Ada arca lembu Nandini di salah satu candi (dokpri)
Ada arca lembu Nandini di salah satu candi (dokpri)

Candi ijo namanya. Konon nama ini dikarenakan daerah tempat candi ini berada adalah di Gunung Ijo yang lumayan tinggi. Lokasi persis candi ini di Desa Groyokan, Sambirejo, Kecamatan Prambanan. 

Cerita lainnya mengatakan nama desa "ijo" atau hijau ini sudah disebutkan dalam sebuah prasasti, yakni Prasasti Poh. Di situ disebutkan "...anak wanua i wuang hijo..." atau bermakna seorang hadirin upacara dari desa Wuang Hijo. Prasasti ini dibuat tahun 906 Masehi.

Aku mengitari candi satu demi persatu. Kemudian memasuki bagian dalam ruangannya. Tiap candi memiliki bagian dalam ruangan yang beberapa di antaranya berbeda satu sama lain. Ada yang berupa lingga yoni, lambang Siwa dan juga ada arca seperti lembu, Nandini, kendaraan Siwa.

Candi-candi ini indah dan memiliki corak Hindu. Ia memiliki relief seperti sulur tanaman dan burung bayan. Juga hiasan kala seperti candi-candi di Jawa Timur, demikian pula dengan konsep pola candi yang semakin tinggi ke belakang. Tapi candi ini juga berbeda dengan candi pada umumnya di Jawa Timur karena hiasan kalanya tak memiliki rahang bawah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Diperkirakan candi ini dibangun pada masa kebesaran Kerajaan Medang yang memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram kuno.  Kerajaan Medang ini kemudian berpindah ke Jawa Timur. Candi ini diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-10 dan 11.

Kompleks Candi Ijo mulai dipugar tahun 1980-an. Ia kemudian ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1998. Hingga kini pemugaran masih dilakukan secara bertahap

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun