Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mereka Membidik Iran, dan Bukan Suriah

9 Mei 2013   07:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:52 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kebingungan yang hinggap ketika menyimak berita bahwa Israel telah ikut campur dalam perang yang berkecamuk di Suriah. Pada Minggu, 5/5/2013, militer Israel menyerang tiga fasilitas militer Suriah di Damaskus.

Atas kepentingan apa Israel turut serta menggempur Suriah bersama para pasukan pemberontak yang mengaku sebagai "mujahidin"?

Sebab, Suriah jelas bukan suatu ancaman yang serius, baik bagi Israel maupun negara-negara tetangga lainnya. Anggaran pertahanan Suriah kurang dari satu perlima dari anggaran pertahanan yang dipunyai oleh Israel.

Angkatan darat serta angkatan udaranya pun sama sekali tidak istimewa. Sehingga Israel Defense Force (IDF) akan dengan mudah menggulungnya andai perang konvensional yang serius sungguh terjadi. Hal ini membuat Suriah akan berpikir dua sampai tiga kali untuk memancing kemarahan Israel.

Dari sini patut diduga bahwa bukan Suriah yang menjadi bidikan Israel dan juga Amerika yang berada di balik layar para pemberontak "mujahilin", melainkan Iran yang merupakan karib terdekat dari Suriah. Dengan jatuhnya Suriah ke tangan "pemimpin boneka" akan membuat rencana mereka untuk menghabisi Iran, sebagai negara satu-satunya yang belum "takluk", akan lebih mudah.

Strategi "Memancing Ular Keluar dari Sarangnya" juga patut diduga diterapkan oleh Israel pada serangan ke Suriah kali ini. Mereka berharap Iran akan turut serta dalam perang konvensional yang terjadi di Suriah. Dan bila ini terjadi, maka akan bertambah satu alasan untuk menyerang negeri para "Mullah" tersebut.

Mengapa Iran dan bukan Suriah?

Mengutip John J. Mearsheimer, Iran adalah negara berazaskan Islam yang paling kuat di Teluk Persia dan memiliki peluang untuk mendominasi kawasan kaya minyak itu, dan makin bertambah kuat.

Iran yang makin kuat jelas tidak baik bagi Amerika, yang sudah lama berusaha mencegah negara manapun mendirikan hegemoni di Teluk Persia. Prinsip dasar ini menjelaskan mengapa pemerintahan Reagan pernah mendukung Saddam di tahun 1980-an, ketika Iran tampaknya akan mengalahkan Irak.

Israel pun sama resahnya ketika menyaksikan Iran mendominasi Teluk, sebab sebuah "regional powerhouse" semacam itu dapat menjadi sebuah ancaman strategis jangka panjang.

Keresahan Israel belum lagi ditambah dengan sikap pemimpin Iran yang kerap melontarkan pernyataan-pernyataan tajam perihal negara tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun