Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengintip Peluang Jokowi Menuju "Monas"

12 Agustus 2012   04:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:54 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya teka-teki arah "bandul" PKS dalam Pilkada DKI Jakarta terjawab sudah. Seperti dugaan sebelumnya, PKS melabuhkan pilhan politiknya kepada kubu Foke-Nara. Bergabungnya PKS ini menyusul PPP, Partai Golkar dan PAN, yang telah lebih dahulu menyatakan kesediaannya "dipinang" oleh kubu Foke-Nara.

Menanggapi bergabungnya PKS, Jokowi sendiri, seperti drirlis oleh berbagai media, mengaku tidak terkejut. Setengah bercanda Jokowi kembali menganalogikan dirinya sebagi "semut" yang dikeroyok oleh "gajah-gajah". Walau terasa ada nada khawatir tersirat pada ucapan Jokowi.

Kompas.com, misalnya, merilis berita perihal tanggapan Jokowi terhadap bergabungnya PKS ke dalam deretan koalisi Foke-Nara. Selain menyatakan menghargai pilihan politik PKS, Jokowi juga tetap optimis menghadapi putaran kedua. "Ya saya menghargai keputusan yang diambil PKS. Kalau saya nanti koalisinya sama rakyat saja, sama warga," kata Jokowi di sela-sela acara buka puasa bersama pensiunan pegawai Pemda DKI pendukung Jokowi, sabtu 11 Agustus.

Meski didukung oleh deretan Partai besar, tapi -agaknya- Foke harus menahan dulu seluruh "euforia" kemenangannya. Sebab, beberapa pengamat politik justru meragukan kemampuan koalisi Foke untuk mendulang suara pada putaran kedua, bulan September mendatang.

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto, kepada Tribunnews.com, memprediksi bahwa koalisi bentukan Foke itu tetap keropos. Kecenderungan konstituen terhadap figur dibanding suara partai dianggap sebagai faktor paling utama selain "sense of belonging" di antara Partai-partai koalisi pendukung Foke-Nara, yang menurutnya, tidak terbangun sungguh-sungguh.

Senada dengan Gun Gun, Arie Sujito juga menilai akan tetap tingginya peluang Jokowi meski "dikeroyok" oleh barisan partai-partai koalisi. Melalui sambungan telepon kepada Detiknews.com, Arie menunjuk faktor ketokohan seorang Jokowi sebagai lumbung perolehan suara secara signifikan pada putaran kedua nanti.

Pandangan yang berbeda namun menarik disampaikan oleh Burhanudin Muhtadi, pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia. Menurut Burhanudian, kemenangan bisa saja diperoleh oleh kedua belah pihak, tergantung isu apa yang beredar hingga medio September. Jika isu SARA yang disuguhkan, dipastikan Foke yang akan unggul. Namun, jika kubu Jokowi berhasil memaksakan isu-isu perubahan, dipastikan Jokowi yang akan keluar sebagai pemenang.

Pendapat para pengamat politik yang memprediksi kemenangan untuk Jokowi selaras dengan berbagai survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei, meskipun hasilnya bisa berubah-ubah setiap waktu. Hasil exit poll Lembaga Survei Indonesia pada Rabu, 11 Juli 2012, merilis hasil bahwa Jokowi lebih berpeluang menang di putaran kedua September nanti. Menurut riset itu, ada 48,9 persen warga yang akan mencoblos Jokowi. Sementara Foke hanya 42,2 persen suara. (Tempo.com, 11 Juli 2012).

Bahkan, menurut Agus Herta, Peneliti Political Research Institute for Democracy (Pride), memprediksi Jokowi akan unggul telak atas foke dengan perolehan suara mencapai 60 persen. Tambahan suara tersebut diperoleh Jokowi dari pendukung Cagub independen yang gugur di putaran pertama. Sementara massa PKS diprediksi Agus akan menghadapi dilema, antara Jokowi, namun tidak menemukan "chemistry" atau Foke, namun tidak bersimpati. Kedilemaan massa PKS jelas akan menguntungkan Jokowi. (Okezone.com, 17 Juli 2012).

Namun, hasil riset di atas tidak dapat dijadikan acuan yang pasti. Mengingat riset tersebut dilakukan jauh-jauh hari sebelum partai-partai besar menyatakan "merapat" kepada kubu Foke-Nara. Hasilnya mungkin dapat berubah seiring dengan hadirnya beberapa partai besar ke dalam koalisi Foke-Nara.

Dengan menyimak pendapat beberapa pakar politk di atas, kiranya Jokowi tak perlu berkecil hati tidak didukung oleh partai-partai besar. Sebab terbukti, pada putaran pertama, bahwa masyarakat Jakarta lebih cerdas untuk memilih, dan ada kecenderungan untuk memilih figur dibandingkan arahan mesin partai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun