Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Inilah Pemenang Pada Pilkada Jakarta Putaran II

28 Juli 2012   07:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:31 2632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Maaf beribu maaf!. Tanpa hendak "melangkahi" otoritas Tuhan, saya telah yakin bahwa sosok ini akan memenangkan Pilkada Jakarta Putaran II, September nanti. Keyakinan saya didasarkan pada hasil rekapitulasi data yang didapat dari KPUD DKI mengenai perolehan suara masing2 pasangan.

Sosok yang sesungguhnya menjadi pemenang, dan yakin akan menang kembali pada Pilkada Putaran kedua nanti adalah bernama Golput. Dan bukan Jokowi-Ahok atau Foke-Nara.

Coba cermati hasil rekapitulasi KPUD DKI Jakarta mengenai perbandingan Golput dengan Jokowi-Ahok. Seperti yang dikutip dari sumber Kompas. Com tertanggal 20 Juli 2012, pasangan Jokowi-Ahok meraup suara sebesar 1.847.157. Bandingkan dengan Golput, yang berhasil "meraup" suara sebesar 2.555.207. Jadi, pemenang sebenarnya pada Pilkada putaran pertama bukanlah pasangan Jokowi-Ahok, melainkan Golput.

Kemenangan Golput ini semestinya dilihat lebih mengejutkan. Tanpa jadwal kampanye dari KPU, tanpa iklan di media, bahkan dilarang oleh UU mengumpulkan massa, tanpa sokongan dana dari negara dan pengusaha. Bahkan, Golput, lepas dari perhatian lembaga survei dan analisis politik partisan.

Lebih fenomenal lagi, Golput juga tidak pernah menyewa lembaga survei atau "polling" untuk mendukung keberadaannya. Golput bergiat secara sporadis, dengan sumberdaya terbatas, memanfaatkan ruang publik yang mungkin diraih, bahkan terus dihantam caci-maki oleh parpol dan analis politik partisan. Nyatanya, Golput mengalahkan semua peserta Pilkada DKI Jakarta Putaran Pertama.

Lalu, salahkah jika kita Golput?. Tentu memerlukan jawaban yang lebih luas, terutama bila fenomena Golput telah dikaitkan kepada ranah agama (hingga pernah ada fatwa hukum Golput adalah haram). Namun, secara garis besar, M Fadjrul Rahman, "dedengkot Golput setelah Arief Budiman yang telah "taubat", menganggap Golput adalah bentuk dari oposisi sosial.

Golput adalah mosi kepercayaan terhadap masa depan demokrasi, sekaligus mosi tidak percaya terhadap parpol, maupun berbagai figur atau sosok yang bertarung dalam berbagai "event" politik.

Jadi, jawaban kembali pada anda, akankah anda Golput? Dan, menurut anda, masihkan Golput akan menjadi pemenang pada Pilkada Putaran kedua Jakarta pada bulan September nanti?.

Salam Gitu Aja Koq Sewot.

Selamat Menikmati Hidangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun