Mohon tunggu...
Dewa Gilang
Dewa Gilang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Single Fighter!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gilang Menggugat: Ini Sebab Mengapa Kami (Anak Muda) Tak Pernah Berkembang

3 Juni 2012   05:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:27 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak kompasioner yang menanyakan kepada saya, bagaimana saya mendapatkan ide yang begitu banyak sehingga menghasilkan pelbagai ragam tulisan yang -menurut mereka- segar.

Pertanyaan ini ditujukan kepada saya, baik melalui inbox maupun komentar. Bahkan ada seorang kompasioner yang merasa kaget dan tak percaya dan kemudian mempertanyakan usia saya. Ia berdalih bahwa, selaku guru SMP, mustahil anak SMP menghasilkan tulisan seperti tulisan saya.

Di artikel ini, saya akan menguraikan beberapa alasan, mengapa kami (kaum muda) seakan berjalan di tempat. Semoga artikel ini menjadi bahan renungan bagi para ortu dan guru. Agar ke depannya, Indonesia -khususnya- dan Islam -umumnya- memiliki penerus bangsa yang, menurut Habibie, berhati Mekkah dan berotak Jerman.

1. Kami Tak pernah diajak diskusi.

Jika mau jujur, baik di Pesantren atau di sekolah, kami jarang diajak dan diajar berdikusi. Saya sendiri merasa sekolah sebagai ajang menjejalkan ilmu dan bukan menuntut ilmu.

Banyak kerugian yang disebabkan oleh minimnya berdiskusi, antara lain tidak timbulnya pemikiran kritis dari anak didik.

Dengan tidak adanya diskusi, kemungkinan kami telah dibiasakan menerima keputusan satu pihak. Sehingga ke depannya, kami cenderung tidak menerima perbedaan dan mengedepankan cara2 pemaksaan dalam menyikapi keberagaman.

2. Kami hampir tak pernah diajak berpikir kritis.

Psikolog Tika Bisono pernah berpendapat bahwa bila seorang anak tidak dibiasakan untuk mempertanyakan segala hal, maka anak tersebut akan mencari jawabannya di luar. Tika menyoroti soal maraknya seks bebas di kalangan remaja. Menurutnya salah satu sebabnya ialah ketiadaan sifat terbuka ortu terhadap anak dalam menerangkan satu masalah, Dengan kata lain, anak tidak diizinkan bertanya dengan kritis tentang pelbagai hal yang dianggap tabu, melawan norma, dan menentang dogma.

Jika anak berpikir kritis, ortu akan selalu menjauhkan anaknya dengan pelbagai cara. Maaf, persis seperti menjauhkan ular dengan menerangkan ular dengan menakut-nakuti si anak. Bila ini terjadi, seumur hidup kami akan menganggap ular sebagai musuh, meski ada manfaatnya juga.

3. Kami kekurangan literatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun