Mohon tunggu...
devi ana
devi ana Mohon Tunggu... ibu & pembelajar -

Ibu & pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Hanya Imunisasi MR, Imunisasi MS juga Penting untuk Anak

17 Agustus 2017   00:04 Diperbarui: 17 Agustus 2017   00:29 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Bulan  Agustus-September  ini, keluarga Indonesia sedang disibukkan dengan  jadwal imunisasi MR  [measless rubella] yang diberikan secara gratis  untuk anak berumur 9  bulan - 15 tahun di sekolah dan fasilitas  kesehatan umum. Banyak yang  peduli dan secara sukarela ikut menyebarluaskan kampanye mengenai  pentingnya imunisasi MR ini. Saya  mendapatkan beberapa kiriman video  melalui media sosial yang menayangkan Ibu Yenny Wahid meyakinkan para  orang tua bahwa: Imunisasi  bukan hanya melindungi buah hati kita, tapi  juga orang lain di sekitarnya. Ya, satu orang yang peduli bisa ikut  menyelamatkan orang di  sekitarnya.

Imunisasi yang mulai  dikembangkan pada akhir tahun  1700-an bekerja dengan cara  "memperkenalkan" sistem kekebalan tubuh  pada karakteristik bakteri atau  virus tertentu. Selanjutnya, tubuh akan  mengenali dan mengingat  kelemahan si virus sehingga jika kemudian hari virus yang sama  menyerang, tubuh akan dengan sigap menghancurkannya.  Kalaupun tubuh  tetap terinfeksi, maka sakitnya tidak akan separah  mereka yang belum diimunisasi sebelumnya, bukti bahwa ketahanan tubuh  telah terbentuk.

Imunisasi MS

Prinsip   kerja yang sama bisa diadopsi untuk membangun ketahanan keluarga,   khususnya untuk menghadapi pengaruh negatif yang muncul akibat media   sosial. Kenapa media sosial menjadi penting ketika membahas tentang   ketahanan keluarga? Survey APJII tahun 2016 menunjukkan bahwa anak usia   10-14 tahun yang telah mulai aktif menggunakan internet jumlahnya   mencapai 768 ribu anak, dan sebagian besar adalah pengguna media  sosial.  Internet, gadget, dan media sosial adalah keniscayaan dalam  kehidupan  kita saat ini. Banyak manfaat yang bisa dipetik jika  menggunakan media  sosial dengan bijak dan sebaliknya, ancaman yang sama  besarnya juga bisa  mengintai bagi mereka yang tidak waspada.

Anak  dan  remaja menjadi kelompok yang rentan terhadap pengaruh negatif  media  sosial karena pada usia ini anak mudah sekali menyerap, meniru,  dan  percaya apapun yang dilihatnya di media sosial tanpa menyaring  terlebih  dahulu. Tugas menantang bagi orang tua adalah membangun sistem  ketahanan  mental sehingga anak dapat mengenali dan bertindak cepat  ketika hal-hal  negatif mereka dapatkan dari media sosial. Disinilah  imunisasi MS  berperan. Imunisasi MS? Ya, imunisasi Media Sosial alias  mengenalkan  anak kepada kemungkinan buruk bermedia sosial sehingga anak  tahu  bagaimana mengenali dan menghindarkan diri dari pengaruh buruk  media  sosial.

Pornografi, cyber bullying, hoax,   kekerasan, dan kecanduan internet adalah beberapa hal negatif yang  patut  dijelaskan kepada anak ketika mereka mulai berinteraksi dalam  dunia  maya. Orang tua wajib mendampingi dan menjelaskan apa yang boleh  dan  tidak boleh dilakukan di media sosial. Media sosial seperti rimba  raya  yang belum terjamah dan generasi kita adalah generasi pertama yang   terjun ke dalamnya, anak-anak yang lebih muda mungkin sekali pintar menggunakan media sosial tapi mereka belum mengerti bahwa seringkali   muncul orang berniat jahat yang mencari korban dari media sosial.

Mereka  mengintai anak-anak yang haus perhatian, tidak tahu haru  bercerita pada  siapa, merasa bosan dengan kegiatan di dunia nyata, dan  lain  sebagainya. Untuk itu, tegaskan pada anak untuk tidak menuliskan   informasi pribadi di media sosial, seperti nama lengkap, foto yang   bersifat privat, alamat rumah dan sekolah, nomor ponsel, dan lainnya.   Ajarkan juga untuk tidak melayani ajakan bertemu orang tak dikenal.   Kedua hal ini membuat anak terhindar dari kemungkinan kekerasan yang   bermula dari media sosial, seperti penculikan, pelecehan seksual,   ancaman, hingga pemerkosaan.

Kekerasan yang dialami anak  dan  remaja yang berawal dari hubungan di sosial media telah sangat   meresahkan. Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis bahwa pemerkosaan   pada remaja putri oleh kenalannya di media sosial mulai muncul tahun   2011 sebanyak 36 kasus. Tahun 2012, sebanyak 29 kasus dan pada   Januari-Maret 2013 jumlahnya naik lagi menjadi 37 kasus. Pada tahun   2016, KPAI menerima 3.581 kasus pengaduan masyarakat. Dari jumlah itu,   sebanyak 414 kasus merupakan kasus kejahatan anak berbasis siber.   Melesatnya angka kejadian tersebut, ditengarai karena kurangnya   pengetahuan anak mengenai cara bermedia sosial secara bijak serta  dipicu  juga oleh kehampaan yang dialami anak-anak dalam hubungan  emosional di  dunia nyata, baik itu dengan orang tua maupun lingkungan  pergaulan yang  lebih luas.

Anak dan media sosial
Anak dan media sosial
Pengaruh  buruk media sosial menurunkan  kualitas hidup anak pada khususnya dan  keluarga pada umumnya. Kecanduan  media sosial membuat anak tak berminat  pada kegiatan sosial di dunia  nyata dan pada akhirnya mengalami  kesulitan berkomunikasi verbal. Hal  yang lebih buruk bisa berupa  depresi, menurunnya prestasi, kerugian  materi karena penipuan melalui  media sosial, menurunnya self esteem karena cyber bullying, luka fisik dan mental karena pelecehan oleh orang yang dikenal melalui media sosial, dan lain sebagainya.

Akar didasar semua akar, peluklah anakmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun