Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Aisa 23: Cinta Kita Berdua

7 Februari 2017   05:45 Diperbarui: 7 Februari 2017   08:05 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seketika wajah Aisa bersemu merah.” Kak Lit tak takut kucubit lagi, terbentur meja lagi, bohong sama mereka yang di depan lagi ?” skak Aisa.

“ Hahaha… aku heran setengah mati. Dumai begini luas. Kenapa harus pacaran di kebun singkong?” Lalita tertawa heboh. Aisa menjulurkan tangannya, pura pura ingin mencubit, padahal pantatnya tidak diangkat dari kursi, mana mungkin tangannya mencapai tempat Lalita berdiri.

“ Mogok bicara!” Aisa sebal, menggerakkan tangan kanan dan kiri serentak ke atas permukaan mesin jahit.

“ Kutunjukkan tempat pacaran yang asik, supaya lain kali jangan berduaan di kebun singkong. Apalagi malam malam. Kalau kepergok Lutong, kalian bakal dipalak. Prana bisa kehilangan motor. Kecuali kalian memang ingin bergelap gelapan. Owwwww…”

Aisa mengangkat bokongnya. Kali ini cubitannya kena di pinggang Lalita. Lalita tidak mengelak sama sekali. Soalnya cubitan Aisa hanya pelan kayak cubitan mesra terhadap pipi bayi yang nongnong.

“ Tempat pacaran yang enak itu nomor 1 menurutku di dermaga, tapi datangnya harus sore hari. Malam malam banyak kuli bongkar muat bekerja, sangat berisik. Tempat pacaran kedua yang asik itu Taman di Bukit Datuk, disitu ada ayunan adu mata, prosotan kencan, lorong cinta, bangku kasmaran, menara kasih, bola asmara,---“

Aisa teringat pertemuan pertama dengan Prana. Keduanya duduk di ayunan saling berhadapan. Itukah yang dinamakan ayunan adu mata? Prosotan kencan ia tahu, itu papan luncuran buat orang dewasa. Lorong cinta ?

“ Tidak ada lorong cinta, di Bukit Datuk hanya ada gorong gorong yang lupa ditanam ke tanah.” Protes Aisa.

“ Itulah namanya lorong cinta. Di dalamnya ada lorong, bisa saling menempel ketat sekali hingga tak ketahuan satpam.” Mata Lalita dikedipkan.

“ Berarti kak Lit pernah mengajak si dia pacaran kesana ?” Aisa balik menggoda.

“ Aku sibuk menjahit, mana ada waktu.” Kata-kata Lalita berirama. Itu diartikan Aisa bukan bantahan, hanya menghindari ledekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun