Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Aisa 20: Benang Merah Tali Jodoh Dewa Cinta

27 Januari 2017   11:05 Diperbarui: 27 Januari 2017   11:19 1868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan gaya kaku Prana menyapa, “ Hallo, Ais. Pa kabar ?” Prana bertanya mirip orang terpaksa.

“ Baik, Kak Prana.” Jawab Aisa. Mulai detik ini aku harus memanggilnya kak Prana, karena dia lebih tua dua tahun dibanding aku.  Lagipula, dia menggalang dana untuk membantu sekolahku. Kuhargai ini sebabai kebaikan seorang kakak, putus Aisa dalam hati.

“ Dua ribu lima ratus. “ kata Kasir, memotong pembicaraan. Prana mengeluarkan dompet, membayar dengan uang 5 ribu. Kasir mengembalikan 2500. Prana menyimpan ke dompetnya. Kasir menyerahkan barang pada Prana.

“ Oke, kita pulang ?” tanya Prana. Teman temannya mengangguk.

“ Kami duluan ya, Ais. “ kata cewe yang pertama menyapanya tadi, menarik tangan Prana buat diajak keluar. Prana seakan  diseret supaya cepat keluar. Aisa tak berani menjawab, hanya mengangguk. Ia tak berani menatap Prana. Matanya mencari-cari, Lalita sedang bertanya sesuatu pada pelayan. Aisa mendekati Lalita. Lalita menoleh.

“ Teman temanmu sudah pulang ?” tanya Lalita.

“ Sudah.” Jawab Aisa pendek.

“ Kalau kamu ingin ikut mereka, aku bisa pulang sendiri.”  Lalita memberi senyum simpul penuh arti.

“ Tak usah, Kak. Aku ikut kak Lit saja.”

Lalita tidak ngomong lagi, pelayan mengambil sebuah buku yang ukurannya 2 kali besarnya buku biasa. Lalita membawa ke kasir. Aisa tahu buku besar semacam itu gunanya untuk melukis pola baju permintaan pelanggan, disertai penjelasan ukuran ketiak, lengan, pinggang, dll. Lalita membayar, bertanya Aisa ingin membeli apa, Aisa mengatakan ia tidak membeli apa-apa. Mereka keluar. Tak jauh dari Secilia, ada toko serba ada yang namanya Catarina. Lalita memberi Aisa selembar uang 5000, menyuruh Aisa masuk ke Catarina membeli 2 kotak Pocky stik bersalur coklat.

Mereka melaju menuju pelabuhan, berbelok ke Datuk Laksamana. Dari simpang pelabuhan hingga Hayam Wuruk terdapat banyak toko dan kedai kopi, kiri dan kanan, saling berdempetan. Lalita menghentikan motor di sebuah kedai kopi, mengajak Aisa turun. Mereka masuk ke kedai kopi Dua Cangkir. Lalita memesan 2 piring kuetiau goreng tanpa bertanya apakah Aisa mau atau tidak. Ketika pesanan datang, sepiring ditaruh di depan Aisa. Lalita menyuruh Aisa makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun