Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Aku dan Keluargaku, Musibah dan Asuransi

20 Maret 2017   16:11 Diperbarui: 22 Maret 2017   04:00 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi kecelakaan"][/caption]

Saya tidak akan lupa, tepatnya tujuh tahun silam, sebuah kecelakaan hampir merenggut nyawa saya. Saat sadar saya sudah terkapar di rumah sakit dengan kondisi banyak jahitan, perban di kepala dan mendapati bahwa kaki kanan saya patah. Kecelakaan lalu lintas yang saya alami ini sungguh mengguncang kehidupan saya dan keluarga yang berasal dari ekonomi menengah.

Saat itu tabungan hanya berjumlah sedikit. Parahnya kami juga tak memiliki asuransi untuk meng-cover biaya pengobatan. Puji Tuhan meski keadaan sangat terpuruk saya dan keluarga masih memiliki kerabat, teman-teman dan sahabat yang membantu baik moril maupun materil.

Cerita tak hanya sampai disitu. Di tengah pengobatan yang masih berjalan, secara pribadi kondisi keuangan saya terguncang cukup hebat. Karena masih belum mampu bekerja secara normal saya terpaksa bekerja secara serabutan hanya demi sesuap nasi. Apalagi keuangan keluarga sedang menipis sehingga sulit untuk diharapkan. Sampai disini saya sedikit menyesal bahwa keluarga tidak memiliki simpanan atau asuransi kecelakaan agar proses pemulihan saya berjalan maksimal.

Bencana banjir

Bila Anda masih ingat, awal tahun 2013 kota Jakarta dilanda banjir besar. Saat itu banyak titik-titik banjir yang cukup parah. Daerah yang jarang banjir saja terkena imbas, apalagi daerah rawan atau langganan banjir yang tidak perlu ditebak bagaimana kondisinya.

Banjir saat itu melanda daerah rumah saya di kawasan Angke Jakarta Barat. Sebenarnya jalan besar tidak terendam banjir, namun rumah keluarga saya tanahnya lebih rendah dari jalan raya. Alhasil saat itu rumah kami terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. Banjir ini juga menyulitkan kami untuk beraktifitas.

[caption caption="Banjir Jakarta"]

[/caption]

Sedikit informasi, keluarga saya menggantungkan sumber pendapatan pada usaha makanan di rumah. Setiap sore kami menjajakan sayur matang, olahan daging dan beberapa gorengan. Dengan adanya musibah banjir ini otomatis usaha kami lumpuh, ditambah banyak penjual sayur dan daging di pasar, sebagai penyedia bahan baku, yang terpaksa 'libur' karena tidak mendapat pasokan. Bahan baku sulit didapat, dan meskipun ada sedikit kami juga kesulitan mengolahnya karena kondisi rumah yang terendam banjir. Jangankan untuk memasak, untuk tidur atau MCK saja sangat sulit.

Bukan hanya itu, meja etalase kami yang terendam juga turut menjadi korban. Karena ukuran dan bobotnya yang berat kami kesulitan mengangkat atau memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi. Imbasnya saat banjir surut ada beberapa bagian yang lapuk dan hancur. Apalagi etalase, yang merupakan salah satu aset berharga bagi keluarga kami, itu terbuat dari kayu dan sudah berumur puluhan tahun, bahkan sebelum saya lahir.

Kondisi ini jelas memperparah kondisi keuangan keluarga kami. Apalagi kami juga harus membayar rentenir. Karena usaha tidak berjalan, maka perputaran uang juga macet. Beruntunglah kami masih memiliki sedikit simpanan untuk menyambung hidup, setidaknya sampai banjir surut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun