Mohon tunggu...
Octavitriadi
Octavitriadi Mohon Tunggu... Tukang Ketik -

Tetap tukang ketik surat di sebuah kantor, bergabung di Kompasiana untuk menunjukkan eksistensi "Aku ngomPasiana maka Aku masih ada."\r\nSuami yang hingga saat ini memiliki seorang istri dan dua orang putri yang sama-sama manis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Pernah Lagi Menyanyi Nina Bobo

23 Mei 2013   15:27 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 40150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Judul di atas  memang benar, untuk para orang tua yang saat ini memiliki anak balita, mulai sekarang jangan pernah lagi menyanyikan lagu Nina Bobo yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi Indo-Belanda kelahiran Tondano - Sulawesi Utara, Anneke Grönloh. (http://id.wikipedia.org/wiki/Anneke_Grönloh)

Coba  perhatikan kata yang digaris bawahi pada lirik lagu Nina Bobo berikut ini

Nina bobo oh nina bobo
Kalau tidak bobo digigit nyamuk

Tidurlah sayang, anakku manis…
Kalau tidak bobo digigit nyamuk

Semenjak dalam buaian, para bayi  sudah mendapat pelajaran dasar intimidasi di alam bawah sadar mereka, sehingga tak heran betapa pintarnya generasi sekarang mengintimidasi pihak lain. Contohnya anak saya semata wayang harapan orang tua juga berani mengintimidasi kami.

"Kalau tidak dibelikan, nanti gak mau sekolah lho."

Apa ini karena saya dulu selalu  menyanyikan lagu ini untuk menidurkan anak saya dengan birama 4/4 dan bersuara mars layaknya Halo Halo Bandung, sehingga menjadikannya seperti sekarang.  Lebih preman pak spi pak pak preman preman daripada ayahnya.

Konon juga lagu ini tercipta dari cerita penuh duka dan mengandung horor seorang anak Indo Belanda kelahiran tahun 1871, bernama Helelina Mustika Van Rodjnik dengan panggilan Nina. Lagu ini digunakan oleh sang Ibu yang bersal dari Jawa untuk menidurkan sang anak yang terganggu oleh banyaknya nyamuk di rumah tersebut, hingga kemudian sang anak meninggal pada usia 6 tahun, dan konon karena malaria yang sedang mewabah saat itu.

Sepeninggal sang anak, si Ibu  sering menyenandungkan lagu tersebut hingga tak lama si Ibu meninggal menyusul sang anak. Begitupun juga sang Ayah sering dihantui oleh arwah sang anak untuk menyanyikan lagu tersebut.

Di luar cerita tragis dan horor yang konon melatar belakangi lagu Nina Bobo  ini, sebenarnya menyenandungkan lagu pengantar tidur bagi seorang balita dapat menstimulus otak dan bawah sadarnya sehingga berpengaruh terhadap kejiwaan dan perilaku sang anak kelak.

Tetapi alangkah baiknya kita memilihkan lagu lagu yang mengandung makna positif dan penuh doa serta disenandungkan sendiri oleh suara dari ayah dan ibunya, bukannya  berasal dari rekaman audio.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun