Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Poligami Menghampiri

9 Juli 2019   03:13 Diperbarui: 10 Juli 2019   21:02 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image foto by muslim.id

POLIGAMI. Kata yang menjadi momok bagi makhluk bernama perempuan. Beberapa waktu yang lalu marak di media sosial umbaran kata-kata bernada makian dan kutukan kepada para pelakor. Mereka yang disebut sebagai perebut laki orang. Karena mau menikah dengan laki-laki yang sudah berkeluarga.

Poligami. Dilakukan secara terang-terangan mau pun secara diam-diam, nyatanya sangat menyulut bara emosi kaum perempuan. Baik itu oleh mereka yang mengalami sendiri atau mereka yang berempati sebagai sesama perempuan. Dengan berbagai alasan mereka menentang poligami.

Sementara bagi mereka kaum lelaki, makhluk yang dalam kasus poligami merupakan si pelaku tak banyak memberi bantahan atau pembelaan. Mereka merasa biasa saja. Bahkan atas dasar firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 3 yang berbunyi:

"Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja. Atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim."

Atas dasar ayat tersebut kaum lelaki seolah memiliki tameng yang datangnya langsung dari Sang Pencipta. Sehingga merasa biasa saja. Apalagi kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW sendiri beristrikan lebih dari satu.

Sebagai seorang perempuan harapannya tentu memiliki kehidupan yang normal. Tidak neko-neko dan jauh dari masalah berarti. Tetapi karena hidup ini bukan kita yang mengatur melainkan Sang Khalik. Jadi kita tinggal menjalani saja apa-apa yang sudah menjadi ketentuan-Nya. Termasuk masalah poligami.

Kita maunya begini tapi yang terjadi malah begitu. Suami yang selama ini kita banggakan rupanya telah mendua. Kita dengan terpaksa harus menerima kenyataan pahit. Dimadu.

Tak ada seorang perempuan pun yang ingin mengalami hal tersebut. Namun jika sudah terjadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Terutama bagi kita seorang muslimah. Apakah langsung minta ditalak? Meradang dan memaki-maki di media sosial? Atau menghajar si pelakor?

Semua tindakan tersebut "benar" menurut pihak yang tersakiti. Tetapi apakah dibenarkan dalam kacamata agama? Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan ketika poligami menghampiri:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun