Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kue Tradisional, Bisnis yang Tak Ada Matinya

8 Juli 2019   16:29 Diperbarui: 8 Juli 2019   16:50 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue-kue tradisional | dokpri

"Aku ingin usaha tapi bingung usaha apa?"

Keluhan seorang teman yang baru terkena PHK. Mengingatkan saya akan masa-masa di mana terpaksa keluar dari pekerjaan karena sebuah prinsip.

"Wah, kalau punya modal sih usaha apa saja bisa. Mau buka warung kelontong, toko baju, warung makan dan masih banyak lagi deh," kata saya.

"Jangan usaha yang full seharian gitu. Karena gue harus mondar-mandir nganter nyokap. Yang penting ada pemasukan deh buat sehari-hari."

Saya terdiam. Sempat bingung juga mau kasih saran apa.

"Ahay...kenapa Lo gak bikin kue aja. Bisa dititipkan ke warung-warung atau buka sendiri di depan rumah. Paling berapa jam aja. Sasarannya anak sekolah dan orang kerja. Lumayan loh," kata saya memberi saran.

"Masalahnya gue gak bisa bikin kue sama sekali."

Gubrak. Capek deh memberi saran kepada teman model begini. Diberi saran segala macam ada saja alasannya. Kalau begitu buat apa mengeluh dan ingin buka usaha segala? 

Saya paham betul apa yang dirasakan si teman ini. Karena saya pernah diposisi seperti dirinya. Tetapi mengeluh tak akan memberi solusi. Siapkan saja, jangan takut tak ada yang membeli. Yang penting action. Bertindak.

Hal tersebut yang pernah saya lakukan ketika tahun 2000 terpaksa keluar dari pekerjaan karena prinsip. Saat itu saya bekerja di salah satu perusahaan swasta. Selama bekerja di sana semua baik-baik saja. Lancar tak ada masalah. Memasuki tahun ketiga barulah muncul masalah. 

Berawal dari keinginan hati ini yang memutuskan untuk mengenakan jilbab. Saat itu penggunaan jilbab belum sebebas sekarang. Perusahaan tidak secara terang-terangan melarang. Namun memberi kebijakan. Boleh mengenakan jilbab tetapi ketika bekerja harus dilepas. Dengan alasan untuk keseragaman dan sudah aturannya. Seragam perempuan sudah ada ketentuan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun