Mohon tunggu...
Deliana Setia
Deliana Setia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I'm just an ordinary person, living this beautiful life that God gave me www.kitadankota.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangku Taman dan Street Furniture Lainnya

22 September 2013   16:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:33 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terdapat beragam cara untuk memperindah tampilan kota. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mempercantik kota. Tindakan yang perlu dilakukan tidak perlu selalu tindakan yang radikal, yang membuat tampilan secara nyata berubah total. Namun dapat pula dilakukan melalui perlakuan-perlakuan kecil, melalui sentuhan-sentuhan kecil yang cukup memiliki pengaruh dan dampak bagi tampilan kota secara keseluruhan. Juga terhadap fungsi dan manfaatnya. Salah satu dari sekian banyak hal yang mempengaruhi tampilan kota adalah dengan memberi sentuhan pada steet furniture. Street furniture jika kita terjemahkan secara bebas berarti “perlengkapan jalan”. Maksudnya elemen pendukung pada ruang publik atau ruas jalan yang akan memperkuat karakter pada suatu blok perencanaan yang lebih besar.  Tentunya street furniture harus serasi dan membentuk harmoni dengan elemen jalan yang lainnya, dengan elemen pendukung tampilan kota yang lainnya. Semua demi terhindar dari ketidakharmonisan lingkungan, ketidakteraturan wajah kota, dan ketidakterpaduan tampilan sekitar. Terdapat beberapa bentuk street furniture, antara lain lampu jalan, rambu jalan, halte, pot bunga, tempat duduk, peta orientasi, papan berisi penjelasan rute kendaraan umum, pagar pembatas jalan, bahkan tempat sampah, dan banyak lagi yang lainnya. Melalui street furniture, dapat pula dimunculkan image kota yang ingin ditampilkan. Lebih ringkasnya, street furniture merupakan elemen pelengkap yang dapat membentuk suatu kawasan atau kota menjadi lebih indah, lalu lintas lebih lancar, lingkungan lebih baik, dan pada akhirnya menjadi lebih nyaman. Menurut teorinya, trotoar disediakan sebagai tempat untuk para pejalan kaki, biasanya terletak di sisi kanan dan kiri jalan. Seharusnya para pejalan kaki yang menguasai trotoar. Mereka yang memiliki hak untuk menggunakan trotoar. Benarkah? Ternyata tidak demikian. Jika kita lihat, banyak pengendara motor dengan bermacam dalihnya, ikut mengokupasi trotoar. Memanfaatkan trotoar sebagai jalurnya. Para pejalan kaki menjadi tidak aman dan tidak nyaman lagi. Sebenarnya, beberapa ruas jalan di Jakarta sudah memiliki trotoar yang lumayan baik, cukup lebar, dan cukup nyaman, bila penggunaannya juga sesuai dengan peruntukkannya. Trotoar di Jalan Sudirman juga telah memiliki penanda untuk kaum disabilitas berupa pengarah jalan yang berwarna kuning. Hanya sayang sering pula dirambah oleh para pengemudi motor. Selain itu, masih saja ada beberapa tukang ojek yang mangkal di trotoar. Belum lagi ditambah dengan begitu banyaknya pedagang kaki lima yang turut memenuhi trotoar. Trotoar dipenuhi banyak hal yang bukan tempatnya. Pada trotoar tersebut, seharusnya diperlengkapi dengan beraneka street furniture, dan bukan dengan pangkalan ojek, pedagang kaki lima, dan lainnya. Kursi Taman [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Warga memanfaatkan bangku taman untuk beristirahat.Sumber Foto: www.gatra.com"]

[/caption] Jika kita sedikit memperhatikan kawasan sepanjang Monas, Thamrin, dan Sudirman, ada yang berbeda. Sejumlah kursi / bangku taman di trotoar teronggok manis. Saat ini, di sisi kanan dan kirinya setiap beberapa puluh meter, ada pula yang setiap seratus meter, terpasang bangku taman yang cantik. Bangku taman yang terbuat dari kayu. Bangku taman ini pun termasuk street furniture, perlengkapan yang merupakan elemen pendukung tampilan kota secara keseluruhan. Hal kecil yang dapat turut mewarnai wajah trotoar Jakarta. Selain fungsinya dibutuhkan, juga tampilannya. Keberadaan bangku taman di sepanjang Monas, Thamrin, dan Sudirman telah menjadikan trotoar lebih manusiawi bagi para pejalan kaki. Dapat menjadi tempat persinggahan kala lelah melanda. Untuk sekedar melepaskan rasa penat dan lelah setelah berjalan kaki. Tidak tanggung-tanggung, ratusan bangku taman yang dipasang di ruas-ruas trotoar tersebut didatangkan dari Solo. Merupakan inisiatif dari Jokowi. Khusus untuk para pejalan kaki di Jakarta. Bangku taman yang sama juga akan dipasang di beberapa trotoar kawasan lainnya, seperti di Jl. Cikini (Jakarta Pusat), Jl. Pramuka (Jakarta Timur), dan Jl. Gajah Mada (Jakarta Barat). Semoga bangku-bangku taman ini tetap berada di tempatnya dan fungsinya pun tetap seperti yang diharapkan. Tidak ada tangan-tangan jahil yang merusak, mencoret-coret, atau mengambilnya. Masih banyak lagi street furniture yang dibutuhkan di seputar Monas, Thamrin, dan Sudirman selain bangku taman, antara lain:
  1. Tempat sampah. Masih dibutuhkan banyak tempat sampah di sepanjang jalan. Agar warga tidak memiliki kesulitan membuang sampah. Terkadang warga tidak memiliki niat untuk membuang sampah sembarangan. Hanya ketiadaan tempat  sampah memicu warga untuk membuang sampah sembarangan. Tempat sampah dapat didesain dengan bentuk yang selain mendukung fungsinya, juga turut menyumbang kontribusi dalam mempercantik tampilan kota.
  2. Rambu jalur angkutan umum. Dibutuhkan rambu atau plang berisi jalur bus/angkutan umum yang melewati jalan tersebut. Untuk memudahkan warga untuk mencapai tujuannya. Rambu jalur angkutan umum dapat ditempatkan di lokasi-lokasi tertentu untuk memudahkan warga.
  3. Lampu Jalan. Untuk jalan-jalan utama di Kota Jakarta, memang sudah dilengkapi dengan penerangan jalan yang memadai. Semoga di jalan-jalan lainnya pun demikian. Fungsinya sangat penting terutama untuk menerangi jalan baik di kiri maupun di kanan jalan.
  4. Pohon peneduh. Selain sebagai jalur hijau, dapat berfungsi pula sebagai peneduh bagi para pejalan kaki.

Itu untuk seputar Monas, Thamrin, dan Sudirman. Jika kita melirik jalan-jalan lainnya, yang bukan jalan protokol, lebih banyak lagi yang dibutuhkan.  Malah banyak yang memprihatinkan. Salam. (Del)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun