Mohon tunggu...
Delfi Yudha Frasetia
Delfi Yudha Frasetia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Editor in Chief di http://katabangdel.com/ Character Education Enthusiast | Business Analyst | Co-Founder MGI Foundation

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Mental di Negeri Para Mafia

9 September 2015   12:53 Diperbarui: 9 September 2015   13:48 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Delfi Yudha Frasetia

Satu lagi ungkapan baru untuk perbendaharaan Bahasa Indonesia, mafia listrik!. Siapa lagi kalau bukan om Rizal ramli sebagai asal muasal kehebohan ini. Anyway, saya kembali angkat topi untuk tokoh yang pernah bergabung dengan tim elite ekonomi PBB ini. Sambil mengikuti bait per bait penjelasan Menko Maritim ini, saya mengingat-ingat entah sudah berapa jenis mafia yang ada di Indonesia. Yuk, kita ingat kembali. Dibantu ya, dibantu ya.

Saat saya kuliah dulu, mafia Berkeley adalah mafia lokal pertama yang saya dengar. Terlepas benar tidaknya, konon orang-orang yang tergabung didalamnya merupakan orang Indonesia intelektual yang telah dicuci otaknya dengan paham liberal dari Amerika Serikat. Segala macam kebijakan yang mereka keluarkan saat menjadi pejabat di Indonesia sangat liberalis. Dan kabarnya mafia Berkeley sudah ada jauh sejak awal pemerintahan presiden Soeharto. Hebatnya lagi, banyak sejarawan meyakini aksi “bagi-bagi kue” sumber daya Indonesia di awal pemerintahan Soeharto (Jenewa, Swiss. 1969) adalah campur tangan para mafia Berkeley. Jadi mereka bertanggung jawab penuh jika sampai saat ini banyak sumber-daya Indonesia sedang di kuasai oleh asing.

 Kemudian terdengar oleh saya adanya mafia kasus. Mereka-mereka ini berasal dari pemangku kepentingan pengambilan keputusan hukum terhadap kasus-kasus yang berperkara. Baik itu kepolisian, kejaksaan, hakim, hingga staf-staf yang kerap seliweran di instansi-instansi terkait itu pun jadi olok-an sebagai mafia kasus. Peran mereka adalah mengatur skenario mulai dari penyelidikan, penyidikan, hingga hasil akhir perkara. Kalau orderannya meminta bebas, akan dibuat bebas, kalau orderannya minta dijebloskan, yang tidak bersalahpun bisa ngeringkus ditahanan.

Baru ada lagi cerita dibalik "tempat tinggal" uang rakyat. Iya, mafia pajak. Dengung pemberitaannya terbilang naik turun. Kalau sudah tertangkap heboh, kalau tidak ada yang ketangkap adem-ayem semuanya. Kasus gayus tambunan pernah menjadi tipping point bagi pemberantasan mafia pajak. Bukan apa, pegawai pajak setingkat beliau mampu dengan asik “mempermainkan” uang rakyat, itu kan mantap betul. Tapi kini berita bersih-bersih birokrasi pajak tidak lagi kedengaran gaungnya.

*baca kumpulan artikel menarik dan inspiratif lainnya di http://www.katabangdel.com/

Mafia migas muncul selanjutnya. Tapi istilahnya saja yang baru muncul. Kalau pemainnya saya yakin sudah ada sejak jaman dulu kala. Negeri kita tidak akan mungkin seperti ini jika kekayaan migas kita dikelola dengan sebagai mana mestinya. Karena mafia migas ini Negara kita menderita. Tapi sayang-nya mafia migas kerap berkedok sebagai malaikat bersayap yang penuh elas kasih. Sehingga masyarakat tidak mampu membedakan yang mana mafia yang mana malaikat gadungan tadi.

Sampai ke mafia listrik, masih ada mafia cengkeh di jaman Soeharto, mafia bulog, mafia bola, mafia perkebunan, mafia lapas, mafia TKI, mafia pelabuhan, mafia SIM, mafia beras, hingga yang kemarin hangat adalah mafia daging. Haduh, ngeri kan!. Negeri apa ini sebenarnya sampai disemua sendi-sendi kehidupan selalu ada mafia. Salah apa pahlawan-pahlawan kita sampai mereka melahirkan anak cucu baj**gan seperti mereka (para mafia).Atau entah apa doa ibu-bapak mereka sampai mereka bisa lahir dan tumbuh sebagai hantu yang menyengsarakan rakyat kecil.

 

Kenapa mereka bisa se-tega itu?. Berapa batasan cukup bagi mereka sebenarnya?. Atau doktrin apa yang sudah mereka dapatkan sehingga punya ambisi se-terkutuk itu?. Apakah benar, kebahagiaan bagi mereka hanya didapat dengan kata sukses?. Selama ambisi sukses selalu dikaitkan dengan kegelimangan harta, maka “binatang berwujud manusia” (baca-mafia) ini akan selalu muncul. Hanya ada keserakahan dibalik sebuah ambisi. Sadarlah, negeri ini akan tersenyum lebar sekali jika semua orang kaya peduli dengan orang miskin. Jika orang kaya tidak bermewahan sehingga membius orang menengah untuk bertindak curang demi merasakan keindahan semu yang serupa, pasti negeri ini hanya dipenuhi orang-orang baik yang bekerja untuk ridho Tuhan semata.

Revolusi Mental

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun