Kalau mendengar kata "disiplin, Â banyak orang segera menunjuk Singapura dan Jepang sebagai bangsa yang paling disiplin. Â Hm, Â dikiranya begitu lahir , orang Singapura dan Jepang itu langsung disiplin atau membawa gen disiplin, Â mungkin begitu ya. Â
Negara Singapura menyatakan kemerdekaan pada tahun 1965 , setelah memisahkan diri dari federasi Malaysia. Â Peristiwa ini merupakan rentetan dari berbagai kerusuhan rasial . Â Bahkan ada anggapan bahwa perdana menteri Malaysia pada masa itu , Tunku Abdul Rahman sengaja "membuang" Singapura dengan berbagai alasan .
Penduduk asli Singapura sendiri adalah suku bangsa Melayu . Â Ras Tionghoa yang merupakan mayoritas sekarang ini, 73%, Â adalah keturunan para pendatang yang didatangkan oleh pihak penjajah Inggris dan dipekerjakan sebagai kuli.Â
Dengan bekal SDA sangat minimal dan duit yang tidak berarti , Â Lee Kuan Yew siang malam bekerja membangun Singapura hingga sekarang dengan pendapatan per kapita US $ 87.000 .
Lalu, apa benar disiplin bangsa Singapura itu turun sendiri dari langit ? Â Ah, tentu saja tidak . Â Menyadari betapa SDA dan SDM mereka sangat minim, Â perdana menteri Lee Kuan Yew menerapkan aturan disiplin ketat di berbagai bidang dan aspek kehidupan bahkan dengan "tangan besi".Â
Jepang dikenal sebagai negara dengan budaya tinggi sejak lama , Â tetapi bangsa Jepang jatuh bangun dalam perebutan kekuasaan oleh para "petualang" .Â
Puncak kegilaan Jepang adalah ketika "memulai" Â perang dunia II dengan ambisi menguasai dunia. Â Perang dunia II itu membawa kejatuhan bangsa Jepang , Â sekaligus "memaksa" Â mereka untuk membangun bangsa dan negaranya dan menjadi sebuah negara termakmur di dunia.Â
Di banding Indonesia (baca: Nusantara) , Â SDA Jepang bukan apa apa, Â kagak level banget .Â
Lalu , Â bagaimana Jepang bisa maju sangat pesat , Â hanya dalam 30 tahun setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom?Â
Mereka membangun kembali negara mereka dari puing puing kehancuran dengan kesadaran dan disiplin tinggi .Â
Beda jauh dengan Indonesia yang sebagian orang merasa , biarlah Jakarta sedikit becek, Â biarlah Jakarta agak macet , Â yang penting dipimpin orang seiman.Â