Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Perkembangan Golput dari Masa ke Masa

23 April 2019   15:21 Diperbarui: 23 April 2019   15:40 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap diadakannya suatu pemilihan umum setiap 5 tahun sekali paritisipasi warga negara sangat dibutuhkan dalam event yang sangat penting di Indonesia, kenapasangat penting? Karena dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum ini sangat menentukan masa depan negara tercinta kita ini karena masa depan negara ada ditangan kita dan pilihan kita. 

Namun ada beberapa pihak yang tidak ikut atau tidak berpartisipasi dalam event terpenting ini yang sering kita sebut-sebut dengankata "golput" kata golput ini adalah singkatan dari golongan putih. Golput atau golongan putih awalnya berasal dari protes mahasiswa dan pemuda untuk memprotes kebijakan pemilu pada pemilu 1971 dimana pada tahun itu adalah pemilu pertama diera orde baru.

Pada tahun 1955, golput mencapai hampir 13%, sedangkan pemilu tahun 1971 jumlah pemilih yangtidak hadir atau tidak berpartisipasi dalam pemilu tahun ini hanya sebanyak 6,67%. Tingginya angka golput pada tahun 1955 dibandingkan dengan pemilu tahun 1971 dimungkinkan karena pemilu tahun 1955 merupakan pemilu pertama dalam sejarah Indonesia.

Meskipun pada tahun1971, Orde Baru melakukan kebijakan pembangunan secara signifikan yang salah satunya diwujudkan dengan memberantas buta huruf dengan berdirinya Sekolah Dasar Inpres atau (SD Inpres), namun jumlah golput dari pemilu satu ke pemilu yang lain bukannya turun justru semakin bertambah jumlahnya. Pada pemilu tahun1977 jumlah golput ini naik hingga 8,39% dan bertambah pada pemilu tahun 1982menjadi 9,61%. 

Pada pemilu tahun 1992 angka golpun kembali naik menjadi sebesar9.05 dan pada pemilu tahun 1997 naik sebesar 12,07%. Angka tersebut terus meningkat setelah terjadinya reformasi yang pada pemilu tahun 1999 angka golput mencapai hingga 10,04%, sementara pada tahun 2004 jumlah golpun meningkat hingga 23,34%. Selain itu, pada pemilu tahun 2009 angka golput dalam pemilihan legislatif mencapai 29,01% dan pada pemilihan presiden mencapai 27,77%. Dari angka tersebut sepanjang era reformasi angka golput berhasil mengalahkan partai pemenang pemilu, baik dalam pemilu legislatif maupun dalam pemilihan presiden.

Ada beberapa faktoryang menyebabkan kenapa jumlah golput kian meningkat dari masa ke masa. Yangpertama, peningkatan jumlah golput terkait dengan ketidak puasan terhadap partai politik. Partai politik hanya diangkap sebagai orientasi kekuasaan dibandingkan dengan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Kemudian yang kedua yaitu, golput tidak terkait dengan persoalan perlawanan rakyat. Golput lebihbanyak karena persoalan administratif, seperti tidak terdaftar atau jumlah suara yang tidak sah. Golput yang dimaksud disini memang ada dua yaitu golput administratif dan golput ideologis. Golput ideologis adalah pemilih yangsengaja tidak memilih karena alasan politis, sedangkan golput administratif lebihkarena tidak terdaftar sebagai pemilih atau suara tidak sah.

Pada masa Orde Baru,tumbuhnya kelompok golput lebih cenderung ke gerakan protes terhadap sistem dan kebijakan politik dari rezim yang ada. Setidaknya terdapat tiga kebijakan politik dari pemerintahan pada masa Orde Baru ini yang dinilai oleh hampirsemua pendukung golput sebagai penghambat demokratisasi politik. Kebijakan pemerintahyaitu, dengan membatasi kepengurusan partai politik di tingkat kabupaten.

Secara konsep, kebijakan masyarakat berkembang dengan cukup baik, yaitu dengan memberikan kebebasan warga untuk berhubungan dengan partai politiknya. Namun implementasi kebijakan massa mengambang di Indonesia ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan di banyak negara demokrasi. Sebab, pelaksanaan massa mengambang justru membatasi ruang gerak masyarakat dalam berhubungan denganpartai politik sehingga kreativitas dan dinamika politik masyarakat menjadi terbatas.

Sementara itu pada era reformasi pemilu 1999-2004 lonjakan angka golput naik pada era pemerintahanmegawati. Jika pada pemilu 1999 angka golput cenderung terbatas sebagaimanapemilu akhir masa Orde Baru (1977) yang hanya berkisar 10%, maka pemilu tahun2004 angka golput naik hingga mencapai angka 23,24% atau naik hingga 300%.

Beberapa analisis mengemukakan bahwa mengapa angka golput pada pemilu 2004 bisa melonjak, lebihdikarenakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Megawati sertapembangunan sistem politik pada masa itu. Beberapa faktor yang menyebabkanangka golput semakin naik antara lain: Pertama, tidak berfungsinyalembaga-lembaga perwakilan masyarakat khususnya DPR, DPRD, dan MPR. Banyaknyakasus-kasus KKN, penyalahgunaan kekuasaan dan semacamnya yang melibatkan anggota lembaga pewakilan masyarakat menjadi salah satu alasan naiknya angkagolput pada pemilu 2004. Anggota DPR pada masa itu juga dinilai tidak mampumemperjuangkan aspirasi masyarakat. Ketika pemerintah mengajukan kenaikan BBM,tarif listrik, dan tarif telepon pada masa pemerintahan Megawati, posisi DPRjustru mendukung posisi pemerintah bukannya menentang yang dikehendaki masyakarat.

Kedua, masyarakat menilai pada masa reformasi, baik pada pemerintahan Abdurrahman Wahid danPresiden Megawati, lembaga pengadilan dinilai masih diintervensi olehpemerintah. Kasus Tomy Soeharto, lepasnya Djoko Sugiarto, dan Hendrawan merupakan bukti pemerintah tidak sungguh-sungguh dalam melakukan penegakanhukum. Sehingga inilah salah satu penyebab dari melonjaknya angka golput pada tahun 2004. Dan yang ketiga yaitu, maraknya praktik-praktik KKN pada era Megawati dan hal tersebut diperparah dengan penerapan otonomi daerah yang memberi dampak meluasnya praktik KKN, jika pada masa lalu KKN hanya dilakukanoleh para pejabat tinggi dan kalangan eksekutif saja, maka pada era reformasi dan otonomi daerah pada masa Megawati justru telah menyebar ke daerah-daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun