Mohon tunggu...
Defry Hamid
Defry Hamid Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

menulis dan membaca demi suatu pencarian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

‘Kristen’ Menang, ‘Islam’ Kalah

11 Desember 2014   03:05 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah intropeksi

“Katakanlah, wahai orang-orang kafir! Saya tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah. Dan saya tidak menyembah apa yang dst.”

Ayat diatas bisa membuat manusia beragama bingung. Bukan karena faktor majazinya tetapi secara harfiah surat ini memiliki pesan ambigu. Di satu sisi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad (mewakili umat muslim) untuk berpegang teguh pada apa yang beliau sembah (Allah SWT) tetapi menyuruh orang kafir (non-muslim) untuk beribadah kepada tuhan mereka –yang jelas-jelas ditolak oleh Islam keberadaannya.

Saya pribadi adalah seeorang muslim sejak lahir yang tentunya seperti kebanyakan muslim lainnya yang menjalani pembelajaran tentang Islam sejak usia dini hingga seumur hidupnya. Saya akan sangat setuju jika Allah adalah Tuhan semesta alam, yang menciptakan kita orang-orang muslim dan termasuk mereka orang kafir yang menolak ketuhanan-Nya sepertiKristen, Hindu, Budha, Paganism, bahkan ateis. Yang memberi kita makanan, tempat tinggal, keluarga, bahkan seisi Bumi pun bisa kita (manusia) gunakan. Sungguh Allah yang saya tahu sangat maha Pengasih kepada semua makhluk-Nya. Tapi kenapa mereka justru tidak mempercayai-Nya bahkan ‘menghina’-Nya sungguh sebagai muslim saya ingin mencap mereka sebagai hamba yang tidak tahu diri dan mengiris tenggorokan mereka satu persatu.

Hal yang saya rasakan ini ‘mungkin’ saja sama-sama dirasakan oleh Kara Mustafa Pasha yang melakukan pengepungan di Wina; masyarkat Palestina atas Israel; pemboman oleh Amrozi Cs di Bali dan semua ‘mujahid’ lainnya. Perlakuan mereka selain mendapat dukungan dari saya juga –menurut yang pernah saya dengar— dalam al-Quran juga “menghalalkan darah orang kafir atas muslim”. Tetapi saya kecewa karena hal ini bukan merupakan sesuatu yang tidak bersifat spontan dan memerlukan alasan-alasan yang berdalil. Begitulah al-Quran mempunyai kompleksitas sekompleks perilaku manusia.

Apa yang saya rasakan diatas juga dirasakan oleh teman saya yang Kristen sejak lahir, mendapat pembelajaran tentang Kristen sejak usia dini hingga seumur hidupnya. Dia menginginkan hal yang sama. Ketuhanan Yesus kristus dengan ‘pengorbanannya’ di kayu salib menolong orang-orang dari siksa neraka tetapi hanya dengan satu syarat, ikuti ‘jalan kristus’. Alih-alih kita sebagai muslim (atau yang lain) mau mengikutinya, bahkan kita pun menghina segala bentuk ajaran Kristen. Kita dengan gampangnya mengatakan “trinitas Kristen adalah hal yang paling tidak masuk akal di dunia ini”. Dengan itu teman kita yang Kristen ini tentu ingin mematahkan leher kita.

Sesungguhnya sudah ada preseden tentang permasalahan Islam-Kristen, atau antar agama lain. Sebutlah pada sekitar tahun 1400-an sampai 1700-an masalah ini sudah cukup heboh di Inggris dan sekitarnya yang mayoritanya adalah Kristen Katolik dan Kristen Protestan serta kristen-kristen yang lainnya. Masyarakat mayoritas ini yang sebelumnya dalam masa ‘damai’ antar sesama Kristen merasa khawatir ketika Kesultanan Turki Usmaniyah melakukan ‘perluasan wilayah’ ke seluruh Eropa. Maka pemerintahan Kristen saat itu merasa terancam jika wilayah mereka juga diambil oleh Turki yang notabenenya Islam.

Bisa dikatakan kekhawatiran yang melanda mayoritas Kristen di Eropa ini bukan beralasan agama tetapi cenderung ke politik. Karena semakin luas wilayah Turki maka semakin sempit wilayah Kristen di Eropa begitu juga sebaliknya. Tapi tentu kita ataupun masyarakat sipil saat itu lebih mengenalnya sebagai perang antar agama, Islam vs Kristen. Bisa kita bayangkan bahwa pada saat itu atmosfir kepanikan akan Islam di negara mayoritas Kristen sangat berpengaruh. Hal ini bisa dibuktikandengan munculnya stereotipe-stereotipe tentang Islam kala itu. Segala hal yang berbau Islam selalu berkonotasi buruk.

Adakah diantara kita yang pernah mendengar istilah antikristus? Ternyata istilah ini begitu akrab dengan Islam pada saat itu di Eropa. Di tengah perselisihan antar protestan dan katolik, orang protestan saat itu percaya bahwa orang katolik adalah antikristus dengan paus sebagai ‘ujung tanduk sebelah’ dan orang-orang turki (Islam) dengan sultan turki Usmani sebagai ‘ujung tanduk sebelah’ lainnya. Begitupun dengan orang-orang katolik yang menganggap orang protestan adalah kaum murtad dan sesat seperti pengikut Muhammad si penipu. Begitulah situasi saat itu, orang kristen saling mencaci dengan sebutan ‘Islam’. Sungguh sesuatu yang sangat-sangat keliru tentang Islam.

Islam sedang dalam masa kritis saat itu. Citra Islam sangat buruk dan keliru di mata orang-orang Kristen. Mereka menganggap bahwa Islam adalah agama yang disebarkan dengan pedang, demikianlah Voltaire (1694-1778) menggambarkan Islam dalam dramanya, Le Fanatisme, ou Mahomet le Prophete, yang pertama kali dipentaskan di Paris pada tahun 1742. Digambarkan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi palsu yang gila kekuasaan. Walau sebenarnya drama ini sebagai aksi protes terhadap otoritas Katolik. Namun cukup membuat kita orang islam marah.

Keburukan Islam pada saat itu bukan Cuma sampai pada penghinaan semacam itu. Tapi pemarjinalan hak-hak juga terjadi. Di Inggris semua penduduk non-Kristen atau sekte sesat tidak diperkenankan sebagai penduduk bahkan sebaliknya mereka akan diusir dari Inggris dan dipaksa untuk pindah agama. Sungguh suatu tindakan yang tidak sepadan jika dibandingkan dengan apa yang mereka (orang-orang kristen) dapatkan di wilayah kesultanan Turki Usmani yang menjamin hak individu untuk beragama sesuai dengan apa yang diyakininya.

Meskipun hampir semua orang Kristen mengutuk Islam saat itu, ada beberapa orang Kristen yang tidak setuju dengan teman-teman seagamanya. Bahkan ada diantara mereka yang rela mati demi memperjuangkan hak-hak orang Islam di negara mereka. Michael Servetus adalah orang Spanyol yang mati di tiang pancang pada umur 42 tahun (1553) di depan gerbang Jenewa. Dia dihukum selain menolak trinitas, dia mempertanyakan alasan perpindahan agama dengan paksa terhadap orang-orang yahudi dan Islam di Spanyol yang menurutnya tidak berdasar sama sekali. “kegungan Tuhan telah memberikan Roh Kudus kepada semua umat, kepada umat kristen, kepada kaum bidah, kepada orang Turki, dan kepada orang Yahudi, dan dia menganggap semua terhormat dan mereka semua diselamatkan dengan cara yang sama” kata-kata ini keluar dari seorang petani Katolik asal Italia bernama Domenico Scandella atau Menocchio karenanya dia dihukum mati pada tahun 1601.

Dan siapa tahu, ternyata John Locke yang seorang filsuf Inggris (1600-an) mempunyai romantisme tentang Islam. Dia sejak sekolah menengah sudah belajar bahasa arab dan dia banyak membaca tentang karya arab yang diterjemahkan oleh gurunyaDr Edward Pococke, salah satunya adalah Hayy ibn Yaqzan, sebuah risalah tentang filsafat. Dia juga banyak menghasilkan karya yang membela hak-hak individu penduduk asing di Inggris. Menurutnya agama dan negara adalah hal yang seharusnya dibedakan dan jangan saling mengintervensi. Pendapat ini tentunya menuai kontroversi, terutama pada saat itu di Inggris yang Kristen, pendapat seperti ini sangat asing. Dia tetap memberanikan diri sampai dia diasingkan ke Belanda. Tetapi pembelaannya berdasarkan pada hak-hak sosial dan individu secara umum bukan terhadap agama tertentu.

Seorang penerjemah al-Quran yang beragama kristen juga mempunyai pemikiran yang berbeda tentang islam dan nabi Muhammad. George Sale (1696-1736) pengacara dan penganut Kristen Anglikan menolak dengan keras ‘cara’ yang dilakukan teman-temannya dalam mengklaim kekristenan mereka, yaitu dengan cara menghujat dan mendistorsi kebenaran-kebenaran islam. Sebaliknya, Sale punya cara sendiri dengan membuat terjemahan al-Quran yang lebih akurat dibanding beberapa terjemahan al-Quran sebelumnya. Dia mengakui dalam pengantarnya bahwa Islam yang berperang dengan alasan jihad sama saja dengan kristen, bahkan menurutnya justru kristenlah yang mempunyai catatan hitam sejarah. Begitu pula dengan pembelaannya kepada nabi Muhammad terkait poligami, bahwa saat itu poligami lazim secara budaya bahkan pada kalangan petinggi yahudi yang dinilai sebagai suatu yang suci. Semua ‘pembelaannya’ ini bukan sebagai penolakan terhadap kristen tetapi justru menurutnya menjadi senjata yang lebih luhur dan masuk akal untuk mengkristenkan orang Islam.

Tokoh-tokoh diatas dengan pemikirannya membuat saya heran dan mendecak kagum. Mereka hidup di tengah mayoritas agama mereka masing-masing. Mereka sebenarnya sudah berada dalam posisi nyaman dengan menaati agama mereka sendiri dan pemerintah mereka. Tetapi atas nama keadilan mereka keluar dari zona nyamannya, mereka meperjuangkan ‘musuh’ agamanya. Terlepas dari kepentingan mereka, gagasan-gagasan ‘suci’ mereka sedikit banyak telah menciptakan perdamaian antar agama yang kita rasakan sekarang. Di hampir seluruh negara telah menjadikan gagasan mereka sebagai undang-undang. Malah apa yang mereka rasakan asing pada zaman mereka sekarang justru sebaliknya, kebebasan beragama akrab ditelinga kita.

Saya coba menyelami pikiran tokoh-tokoh Kristen ini. John Locke walaupun sampai mati membela orang-orang Islam (dan yang lain)—bahkan disaat Turki Usmani melakukan pengepungan kedua di Wina— dia tetap berpendapat bahwa Kristen adalah agama paling benar dan Islam adalah kafir. Tetapi menurutnya agama adalah urusan akhirat sedangkan hak-hak sipil adalah urusan duniawi, sehingga biarlah mereka menganut agama apapun atau sekte manapun itu bukan urusan manusia, itu adalah urusan manusia dengan Tuhan.

Zaman boleh berubah tapi manusia tidak akan berubah. Orang-orang kristen boleh saja menjadi ‘musuh’ kita dalam hal akidah tapi terlepas dari itu telah dicatat dalam sejarah bahwa orang-orang kristen yang menganiaya kita dengan fitnah dan kekerasan malah memperburuk citra kristen. Sebaliknya jika kita sebagai muslim menganiaya orang kristen dengan kekerasan dan apapun sejenisnya akan mendapat nasib sama, kita akan kalah dengan kristen. Sebab Allah akan mengabulkan do’a orang yang teraniaya walau seorang kafir sekalipun.

Pada saat itu muslim lebih dikenal dengan sebutan “orang turki”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun