Mohon tunggu...
Irpanudin .
Irpanudin . Mohon Tunggu... Petani - suka menulis apa saja

Indonesianis :) private message : knight_riddler90@yahoo.com ----------------------------------------- a real writer is a samurai, his master is truth, his katana is words. -----------------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Grab, Potret Kolaborasi Konsumen, Mitra, UMKM, dan Teknologi

3 Desember 2019   18:12 Diperbarui: 5 Desember 2019   12:49 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grab, satu aplikasi untuk semua kebutuhan kita

Lelaki separuh baya itu asyik di dapur. Kita yang tidak terbiasa memasak dalam jumlah besar, tidak akan betah belama-lama di sana karena hawa panas dari deretan kompor yang menyala bersamaan. Bersama sang istri yang meracik bumbu, dia memotong sayuran, mengiris daging, memasaknya di kuali, hingga mengatur api kompor. Itulah aktivitas yang sehari-hari dijalani Pak Wahyu, pedagang Sop Kambing di salah satu kawasan perkantoran.

Menurut penuturannya dia sudah berjualan sop Kambing sejak 10 tahun silam, bermodal pesangon perusahaan tempatnya bekerja yang melakukan pengurangan karyawan. Saat pertama kali memulai usaha, warung Pak Wahyu hanyalah tenda ala kadanya, yang dikelola berdua dengan istri, tanpa pegawai. Sekarang telah menempati bangunan permanen dengan tiga orang pegawai yang membantunya melayani tamu, membungkuskan makanan, dan membersihkan warung.

Memulai aktivitas di warung sejak pukul 9 pagi, hingga tutup sekitar jam 10 malam, Pak Wahyu masih berkutat di dapur karena baginya memasak sudah menjadi hobi dan alasan mempertahankan rasa. "Lagipula sehat pak, berkeringat terus. Sehari saya sampai harus ganti baju 3 kali loh". Katanya sambil tertawa.

Warung Pak Wahyu adalah tempat saya biasa makan siang. Sejak beberapa waktu silam kepadatan warung Pak Wahyu saat makan siang berkurang. Sebagai gantinya antrian orang berjaket hijau mengular, terutama menjelang jam makan siang. Ya, Pak Wahyu sudah menjadi mitra Grabfood, layanan jasa antar makanan dari Grab #AplikasiUntukSemua

Grabfood
Grabfood
Meskipun tidak lagi terlihat seramai dulu, Pak Wahyu mengaku pendapatannya justru meningkat. "Sekarang lebih banyak yang beli lewat Grabfood pak." katanya menjelaskan. Saya manggut-manggut karena merasa termasuk salah satu oknum pengguna Grab #AplikasiUntukSemua yang dimaksud Pak Wahyu.

Bagaimana saya tidak berpindah haluan? Dulu kalau sedang ingin makan Sop Kambing Pak Wahyu, saya rela antri lama dan berdesakan di warung ini. Sekarang saya bahkan tidak perlu beranjak keluar dari halaman kantor. Cukup buka applikasi, pilih makanan, tunggu sambil melakukan kegiatan lain, mengobrol, atau beribadah, tidak sampai setengah jam pengemudi Grab #AplikasiUntukSemua sampai di lobi kantor. Hari ini, beli makan ke luar kantor itu bisa dihitung jari, kadang-kadang saja bareng teman sekantor buat mengusir jenuh.

Menurut data, Grabfood merupakan layanan tercepat jasa antar makanan dengan rata-rata durasi pengantara 29 menit. Tapi menurut pengalaman saya, sebagian besar pesanan malah diantar kurang dari 15 menit. Beberapa waktu silam Grabfood meluncurkan kampanye #JUARACEPAT, yang makin membuktikan kecepatan dan peningkatan kualitas pelayanan Grab #AplikasiUntukSemua untuk penggunanya.

Selain jarak dan keramaian warung, manajemen warung juga menentukan kecepatan waktu pengantaran. Warung Pak Wahyu misalnya, belajar dari pengalaman bahwa sebagian besar pelanggannya sudah menggunakan Grabfood, dia sudah menyiapkan nasi, sambal, dan bahan-bahan pendukung beberapa saat sebelum jam sibuk makan siang. Dia juga menyiapkan pegawai khusus untuk melayani antaran Grab #AplikasiUntukSemua. Sehingga saat jam sibuk, pemesan makanan tidak antri terlalu lama sebelum dilayani.

Sebagai pengguna, saya merasa sangat terbantu dengan kehadiran Grabfood. Selain saat di kantor, saya juga menggunakan Grabfood saat melakukan perjalanan dinas atau sekedar travelling. Dari kehadiran awal di 13 kota besar pada awal Januari 2018, Grabfood sudah memperluas pelayanannya ke hampir 200 kota, dan ribuan pedagang mitra pada maret 2019 ini. Kita mampu memanfaatkan jasa Grabfood hampir di mana pun di wilayah Indonesia. Sehingga saya tidak memiliki alasan untuk tidak menjadikan Grab #AplikasiUntukSemua sebagai salah satu aplikasi yang paling sering digunakan.

Seorang kawan yang agak ortodok tidak mau menggunakan Grabfood,  dia merasa harga makanan di Grabfood lebih mahal. "Gue lagi nabung pengen beli Handphone baru." kilahnya beralasan. "Loh, buat apa kamu beli HP terbaru yang paling canggih kalo cuma dipake ngulek sambel?" tanya saya meledek, dia manyun.

"Mahal-murah itu relatif. Misal kalau beli makan, ke Nasi Bebek Mas Slamet langgananmu itu. Perjalanan pergi anggap aja 5 menit, antri makanan 10 menit, perjalanan balik 5 menit, itu belum kamu ngeluarin kendaraan, dan parkir, ditotal kasar aja sekitar 25 menit. Itu mending buat istirahat, atau ibadah. Kalau kamu pake Grabfood, kamu cuma nunggu 15 menit di sini. Itu pun bisa sambil ngegodain si Leha, office girl baru yang cantik itu. Itu kan lebih mahal?" lanjut saya menjelaskan, yang dijawabnya dengan tawa. Tidak lama setelah punya HP baru, saya lihat dia sudah jarang keluar kantor untuk makan siang, karena sudah lebih mantap untuk menggunakan jasa Grab #AplikasiUntukSemua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun