Mohon tunggu...
Dayang Ncr
Dayang Ncr Mohon Tunggu... -

On Process to be Better💛💙

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pelakor Tidak Sepenuhnya Salah, Ayo Instrospeksi Diri dan Pasanganmu!

18 Februari 2018   16:10 Diperbarui: 19 Februari 2018   18:16 12730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thetimes.co.uk | ILLUSTRATION BY CÉCILE DORMEAU

Dewasa ini, istilah Pelakor atau perebut laki orang kian tenar di Indonesia. Istilah tersebut digunakan untuk menggunjingkan seorang wanita yang berhubungan atau berkencan dengan pria beristri. Pelakor secara khusus disebutkan untuk wanita yang menghancurkan rumah tangga orang. 

Tentu Anda telah menyimak berita tentang Jennifer Dunn yang disebut-sebut telah berselingkuh dengan Faisal Haris, suami Sarita. Berita ini booming dikarenakan viralnya video Shafa Haris, putri Faisal Haris yang mendorong Jedun, sebutan Jennifer Dunn di sebuah mal lantaran Jedun telah merebut ayahnya.

Tidak sedikit para netizen dan para artis yang ikut-ikutan mem-bully Jedun di sosmed. Bahkan para istri mulai ketat dalam menjaga suami mereka dari para pelakor. Banyak wanita di luar sana yang terciduk sebagai pelakor dihina, dicaci, dan di-bully hingga depresi.

Tapi mengapa yang disalahkan di sini hanya orang ketiga? Mengapa masyarakat hanya memandang buruk pada wanita yang disebutnya pelakor? Mengapa tidak membenci dan menghina sang pria (suami), padahal sangat nyata bahwa kesalahan terletak pada kedua belah pihak.

Jelas sekali ini adalah tindakan bias gender. Lebih fatal lagi jika yang mencemooh pelakor itu adalah wanita. Tidakkah kalian merasa kaum hawa seperti diinjak-injak?

Ini adalah suatu ketidakadilan yang tidak bisa dibiarkan. Untuk mengurangi tingkat perselingkuhan, kita tidak bisa hanya menyalahkan pihak wanita tapi juga harus menghakimi para pria yang dengan mudah menyakiti hati anak dan istrinya demi kepentingan syahwat semata.

Ilustrasi: Wingamers.com
Ilustrasi: Wingamers.com
Perselingkuhan tidak bisa dilakukan sendirian. Setidaknya ada minimal dua orang yang terlibat. Jika hanya mencemooh pihak wanita selingkuhan, berarti kita seolah-olah sepakat bahwa saat perselingkuhan terjadi, semua kesalahan terletak pada wanita "yang mencuri suami orang" dan si suami hanya diam saja diperebutkan seperti boneka.

Pria yang berhidung belang tidak boleh dibela dan dipertahakan. Mereka juga harus mendapatkan balasan yang sepadan dengan apa yang telah mereka lakukan. Dengan seenak hatinya, bermodalkan harta, mengorbankan keluarga, mencari wanita lain yang lebih cantik dan muda. Hal ini seperti mendukung slogan "kalau cantik dan muda jadi pelakor kalau jelek dan tua ditinggal di rumah".

Namun yang harus diingat. Biasanya orang ketiga hadir di tengah-tengah kehidupan rumah tangga yang sedang terjadi konflik. Sebenarnya mereka sendirilah yang memberikan celah untuk orang ketiga bisa masuk dalam hubungan mereka. 

Karena kunci pernikahan langgeng itu adalah adanya rasa nyaman terhadap pasangan, ketika rasa nyaman tak ada lagi mereka akan mecari sosok lain yang bisa membuat mereka nyaman dan bahagia. 

Untuk itu janganlah buru-buru menyalahkan pasangan karena mereka selingkuh. Cobalah instropeksi diri apa yang kurang dari kita sehingga pasangan mencari kenyamanan pada orang lain. Jika telah menemukannya segera bicarakan dan selesaikan fondasi rumah tangga dengan baik.

Ingat! Kesalahan tidak sepenuhnya milik orang ketiga, suami Anda dan Anda harus dikoreksi. Stop sebut pelakor!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun