Awalnya bergabung dengan social media adalah untuk menampung hasrat menulis yangsering terkendala segala macam persyaratan redaksi di media cetak. Kebutuhan saya rasanya sudah terpenuhi dengan aktif menulis di blog keroyokan macam Kompasiana. Baru setahun berjalan, seorang editor Gramedia menawari untuk membukukan tulisan-tulisan saya dan begitu naskah sudah siap, mbak editorminta saya aktif bersocial media di Facebook ataupun Twitter untuk mempromosikan buku tersebut. Saya memutuskan untuk aktif berFB dimana ternyata saya bertemu teman-teman lama dari SD, SMP,SMA hingga bangku kuliah yang antusias berhubungan kembali. Setiap ajakan bertemu selalu disertai dengan permintaan membeli buku saya.Pernah sekali jalan, saya membawa 25 buku…laris manis. Namun tak terlalu lama saya promo buku pertama itu, salah-salah teman FB saya bisa mengira nih ada penulis satu buku sedang keblinger, tapi paling tidak 100 buku terjual melalui kegiatan sosialisasi di FB.
Kemudian saya mulai melirik dagangan-dagangan yang berseliweran di beranda FB. Pembelian pertamadan seringnya adalah ke Online Store yang beriklan di FB, tidak ada kekhawatiran karenaOS ini beriklan resmi di FB jadi kalau dia macam-macam – tinggal lapor. Setelah itu mulai deh berbelanja dagangan teman. Sasaran pembelian umumnya barang-barang etnik. Sebuah tas cantik dari kain tenun merah menjadi pembelian yang fenomenalkarena tiap kali saya pakai tas ini ke mall maka para wanita akan melirik tajam, bahkan ada seorang wanita muda yang menghampiri dan menanyakan tempat membeli tas tersebut.
Berbelanja online hanyalah sebagian kegiatan ber FB, saya lebih senang memperlakukan FB sebagai diary online dimana saya sering update status antara lain dengan kegiatan saya mencari nafkah di bidang investasi emas. Terkadang cukup dengan upload gambar atau link tulisan, siapa nyana banyak inbox yang masuk karena ingin tahu lebih jauh. Dilanjutkan dengan pembicaraan via telpon dan pertemuan – umumnya akan diakhiri dengan pembelian. Terus terang pada stage ini saya tidak pernah merasa sedang berjualan sebab lebih terasa sedang bersosialisasi dengan teman. Jika pada akhirnya mereka membeli, saya menganggapnya sebagai bonus yang ternyata sudah memberikan penghasilan sekitar Rp.10 juta/bulan. Dan penghasilan tersebut telah berjalan sekitar dua tahun, masih banyak pesan inbox yang menanyakan investasi emas, tapi sebagai seorang penjual yang bertanggung jawab – saya katakan pada mereka untuk hold dulu mengingat harga emas saat ini sedang menukik tajam.
Begitulah keinginan berjualan online makin mengkristal. Kurang lebih saya sudah punya gambaran bahwa FB Fanpage saya hanya akan berjualan barang sekitar 2-5 item saja, yang lain akan diisi dengan tip-tip investasi (rasa PDnya muncul karena pernah diminta membantu acara rutin seorang pakar investasi). Seorang teman yang berjualan camilan secara online menangguk penjualan 800-2000 botol per minggu…bayangkan keuntungan yang bisa diperoleh. Sayapun bersiap-siap untuk menjadi reseller teman saya tersebut walaupun sedikit diliputi kekhawatiran akan stok barang mengingat beberapa waktu lalu saat harga barang tersebut melambung, teman saya tersebut langsung menghentikan penjualan. Eh seorang teman di kantor yang mendengarkan niat saya ini malah menawarkan alternative lebih baik lagi. “Mari kita bikin sendiri….kita bisa menekan harga, menjamin ketersediaan barang. “ Mamanya teman saya itu memang dari dulu adalah pembuat camilan bahkan teman saya cerita sewaktu SD sampai SMP, dia yang berjualan dagangan mamanya turun naik bis yang mangkal di terminal. Akhirnya kamibersama mencoba membuat formula yang paling pas, mencari ketersediaan bahan baku, mempersiapkan merek dan segala ketentuan hukum yang mengaturnya, menyiapkan packaging.
Selain itu saya mulai memasuki FBGrup Online Store yang membuat saya tergubrak-gubrak saat membaca sharing di sana. Ternyata jualan online banyak memiliki sandungan-sandungan.Yang paling sering adalah penipuan dari calon pembeli bahkan sesama Online Store juga terjadi. Padahal persyaratan untuk menjadi anggota di FBGrup tersebut cukup ketat…misalnya scan KTP dan no rekening serta invite 30 orang. Kalaupun seseorang sudah memasukan persyaratan tersebut, keanggotaannya tidak langsung di approve. FBGrup sendiri menyediakan RekBer (rekening bersama yang dikelola Admin), dengan membayar melalui rekening bersama maka customer akan merasa lebih aman dan nyaman dalam berbelanja. Admin akan membayarkan pada penjual jika barang sudah diterima oleh pembeli.
Fakta lain adalah bahwa penghasilan yang dicapai para OS ini masih minim. Keunggulan berjualan via online yang dikatakan bisa memiliki jangkauan yang lebih luas belum terbukti. Yang saya lihat sebagai kendala adalah kepercayaan customer. Terutama untuk barang seperti baju atau sepatu agak sulit juga karena kendala ukuran. Jika belanja di toko biasa, kita tinggal mencoba hingga menemukan ukuran, model dan warna yang cocok maka customer OS hanya bisa pasrah pada barang yang dikirimkan. Penghasilan yang minim dari sharing yang ada cuma bisa membuat saya menyimpulkan bahwa banyak OS yang tidak serius berbisnis.Umumnya yang berpenghasilan minim selalu beralasan bahwa mereka sudah cukup dapat dari suami….see... gimana enggak seriusnya.
Berbagai kendala tersebut menjadi pembelajaran buat saya tapi tidak akan menyurutkan langkah untuk berbisnis Online.