Mohon tunggu...
Firdaus Cahyadi
Firdaus Cahyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Firdaus Cahyadi, penikmat kopi dan buku. Seorang penulis opini di media massa, konsultan Knowledge Management, Analisis Wacana di Media, Menulis Cerita Perubahan dan Strategi Komunikasi. Untuk layanan pelatihan dan konsultasi silahkan kontak : firdaus(dot)cahyadi(at)gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Blogger Mengejar Kecepatan, Mengorbankan Kedalaman

19 Januari 2017   13:19 Diperbarui: 19 Januari 2017   13:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Blogger tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Tanpa perkembangan TIK, tidak ada blogger. Salah satu karakter dari TIK adalah kecepatan. Dengan perkembangan TIK sebuah informasi dapat cepat tersebar menembus batas-batas geografis dalam hitungan detik. Kecepatan adalah kekuatan.

Kecepatan itulah kemudian yang dikejar oleh sebagian blogger (tidak semua). Produksi konten pun begitu cepat dilakukan. Tulis, upload, share. begitu prinsip sederhananya. Lantas, pertanyaannya kemudian adalah apa yang dikorbankan dari perlombaan mengejar kecepatan dalam memproduksi konten di blog?

Kedalaman. Ya, begitu kita mengejar kecepatan, dalam waktu yang bersamaan kita mengorbankan kedalaman. Tulisan kita di blog menjadi dangkal. Kita lupa melakukan verifikasi, baik narasumber maupun referensi bacaan. Dikorbankannya kedalaman inilah kemudian menjadi lahan subur bagi munculnya kabar bohong alias hoak. Kita begitu cepat menulis sebuah kejadian tanpa kita paham benar apa yang sebenarnya terjadi. Akhirnya kejadian yang kita tulis dipenuhi oleh asumsi kita atas kejadian itu.

Dan celakanya asumsi yang memenuhi tulisan kita di blog itu begitu cepat tersebar. Dan lebih runyam lagi, pembaca tulisan kita di blog juga sama seperti kita. Mengejar kecepatan. Baik penulis blog dan pembacanya lupa menelaah informasi secara utuh dan dalam. Para pembaca pun kemudian menyimpulkan tulisan kita di blog yang didasarkan pada asumsi itu. Dapat dibayangkan apa yang terjadi dari proses ini? Ya, sebuah pembodohan massal. Internet yang seharusnya membuat kita lebih cerdas justru menjadikan kita lebih bodoh dari sebelumnya.

Pembodohan massal melalui konten di blog inilah lahan yang subur bagi munculnya pemikiran-pemikiran sempit dan intoleran. Celakanya, pemikiran-pemikiran sempit dan intoleran itu terus berjalan dalam perbuatan. Kita jadi lebih mudah mengkafir-kafirkan orang. Lebih mudah mengharamkan sesuatu. Lebih mudah mencela orang. Lebih mudah menuduh orang yang berbeda pendapat dengan kita dengan tuduhan karet, 'pencemaran dan penistaan'.

Sekali lagi, semua itu berawal dari sebagian blogger yang berlomba mengejar kecepatan dengan mengorbankan kedalaman dalam menulis.  Jika perlombaan mengejar kecepatan ini terus kita ikuti, bukan tidak mungkin para blogger bukan menjadi bagian dari solusi persoalan di masyarakat namun justru menjadi bagian dari permasalahan. 

Sebagai blogger kita perlu kritis dalam menulis. Dan tulisan yang kritis tidak bisa dihasilkan dengan mengorbankan kedalaman untuk perlombaan kejar tayang. Blogger perlu meluangkan waktunya untuk membaca, melakukan verifikasi data dan sumber. Dengan tulisan-tulisan kritis kita, para pembaca pun akan mendapatkan pencerahan. Saat para blogger mampu memberikan pencerahan bagi para pembacanya itulah, blogger menjadi bagian dari solusi persoalan di masyarakat. Kini pilihaan n ada di tangan kita. Apakah kita mau menjadi blogger yang menjadi bagian dari pembodohan massal dengan tulisan-tulisan kita yang mengejar kecepatan dan mengorbankan kedalaman? Atau kita menjadi blogger yang mencerahkan publik?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun