JIka kita memperhatikan pengertian persekusi yang diartikan sebagai perlakuan buruk atau penganiyaan secara sistematis oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain, khususnya karena suku, agama atau pandangan politik Persekusi adalah salah satu jenis kejahatan kemanusiaan yang didefinisikan di dalam Satatuta Roma Mahkamah Pidana internasional. Timbulnya penderitaan, pelecehan, penahanan, ketakutan, dan berbagai faktor lain dapat menjadi indikator munculnya persekusi, tetapi hanya penderitaan yang cukup berat yang dapat dikelompokkan sebagai persekusi.Bagi tokoh reformasi yang menuntut pembongkaran semua jenis korupsi, dalam istilah Pak Amien adalah KKN, maka mengkait-kaitkan beliau dengan tindak pidana korupsi alkes dengan terdakwa mantan Menkes adalah pelecehan besar yang menyebabkan teror batin bukan saja bagi Pak Amien dan keluarga, tetapi juga kepada seluruh pejuang-pejuang anti KKN.Â
Melalui berbagai media jelas bola saju yang digulirkan oleh Jaksa cepat menjadi viral terutam di sosial media, dengan tanggapan yang sangat tendensius dengan berbagai manipulasi. Bukan hanya oleh netizen awam, seorang wartawan senior yang dalam penilaian penulis sangat kenal "siapa pak Amien" pun ikut memberikan tanggapan minir, yang ditanggapi oleh salah seorang putri Pak Amine, Hanum Rais. Masalahnya foto yang digunakan adala foto pak Amkien yang benar-benar sedang "pasrah total" di hadapan yang maha Kuasa, terkait dengan dzikir dan doa saat menanti kelahiran cucunda dari putri beliau Hanum Rais.Â
Banyak pelecehan, penyksaan yak dilakukan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab, terutama juga terkait dengan usia beliau, imaje yang dibangun adalah meski beliau sudah sepuh, tetapi masih "haus kekuasaan" ini tentu saja sangat tidak benar. Sebagaimana pernah penulis sampaikan di kompasiana sekitar tiga tahun lalu, secara pribadi Pak Amien ingin berhenti dari dari hirk pikuk panggung politik, Dalam tulisan berjudul "Dr HM Amien Rais dan Madeg Pandito Ratu" (kompasian, 22 Juli 2014) pak Amien menyampaikan niatnya untuk Madeg Pandito Ratu itu di hadapan peserta Pengajian I'tikaf Ramadhan di Pondok Pesantren Budi Mulia Yogyakarta, yang diikuti oleh perwakilan  lembaga dakwah kampus seluruh Indonesia.
Namun sebagaimana prinsip hidup Pak Amien yang tidak bisa membiarkan kemungkaran terjadi atas bangsa ini, adanya berbagai kedzaliman yang ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara  maka tidak heran kalau Pak Amien kembali "cancut taliwanda" menyuarakan kebenaran sebagai manivestasi cintanya kepada Indonesia. Sudah banyak cara-cara untuk melumpuhkan perjuangan Pak Amien oleh lawan-lawan politiknya, termasuk melalui fitnah-fitnah korupsi, image yang ingin disampaikan adalah sdeakan "Pak Amien itu mata duitan" dengan image ini maka lengkaplah gambaran buruk yang diberikan kepada seorang Amien Rais. Lawan lawan politik berusaha melalui finahnya menggambarkan Pak Amien sebagai figur Sengkuni, Haus kekuaasaan dan mata duitan". Sayangnya upaya lawan politik selalu gagal karena memang jauh asap dari api.Â
Terkait dengan kasus sumbangan 600 Juta dari Sutrisno bachir ke rekening Pak Amin yang dikaitkan dengan kasus korupsi alkes oleh Menkes Sa'adilah. penulis menilai itu sebagai  apa yang Orang Jawa bilang, gatuk gatuk matuk. Sebab kita  tahu, bahwa sejak awal reforasi Sutrisno Bachir termasuk salah seoran pendukung Pak Amien termasuk dalam dukungan dana Perjuangan pak Amien. jauh sebelum menang tender SB sudah biasa membantu kegiatan pak Amien. Dengan demikian bukan karena SB menang tender dengan  lalu SB mengalirkan dana ke Amien Rais. Sumbangan itu bukan pula tekait untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu oleh Pak Amin  terkait pengadaan Alkes (dijanjikan bantu jika menang tender) sebagaimana terkandung dalam pengertian korupsi.
Melalui kausu persekusi atas diri Pak Amien ini kita menjadi semakin memahami, Â makin ceto welo welo bahwa Gatuk Gatuk matuk ini sebagai bagian dari kriminalisasi ulama, bukti Nyata kriminalisasi dan makarisasii ulama benar benar terjadi. Jika demikian maka pernyataan Komnas HAM mendapatkan peneguhannya. Semoga hal ini tidak berkembang ke arah gejolak yang bisa meruntuhkan kita sebagai bangsa.