Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jiwa Masyumi: Integritas NKRI

1 November 2013   07:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:44 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap memasuki bulan November, banyak hal yang dapat dijadikan pendididikan berbangsa, disamping ada Pertempuran 10 November di Surabaya yang kemudian diperinagtai sebagai Hari Pahlawan, juga ada hal yang lebih besar yakni pengakuan Proklamasi Kemerdekaan RI yang disampaikan Raja Saudi Arabia saat itu di hadapan jma'ah haji seluruh dunia di Padang Arafah, bertepatan wukuf musim haji 1945. Pengakuan itu tidak tanggung-tanggung, sebab Raja pun mendorong seluruh jamaah haji sekembalinya di negara masing-masing untuk meminta negaranya mengakui kemerdekaan Indonesia. Hal itu terkait dengan diplomasi-diplomasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Masyumi.

Peperangan 10 Nopember pun tidak terlepas dari peran tokoh pendiri Masyumi, KH Hasyim As'ari, yang menyerukan fatwa jihad dalam kapasitas beliau sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Masyumi, dengan fatwa itu, spirit arek-arek Surabaya untuk berjihad menegakkan kemerdekaan Indonesia berkobar dan dapat memenangkan pertempuran heroik tersebut. Kemenangan itupun tidak terlepas dari peran diplomasi Tokoh Masyumi, yang pidatonya ditindak lanjuti oleh Ali Jinah, yang kemudian menginstruksikan kepada seluruh pasukan muslim yang berada di kapal sekutu untuk tidak ikut menyerang Indonesia sebagai sesama muslim. Dengan adanya diserse dari pasukan muslim tersebut otomatis menurunkan mental pasukan sekutu sebelum berperangm dan yang pasti kekuatan pasukan sekutu menjadi berkurang. Subhanallah, berkah rahmat Allah yang maha kuasa itu, arek-arek Surabaya dapat memenangkan pertempuran.

Oleh karena itu, sentral moment bulan November sesungguhnya ada pada Peringatan Berdirinya Partai Masyumi yang didirikan oleh Hadratussech KH. Hasyim As'ari bersama semua pemuka organisasi Islam kala itu sebagai hasil aklamasi dari para tokoh muslim yang diselenggarakan di Yogyakarta. 7 Nopember 1945, Partai masyumi resmi menjadi keputusan sebagai kesadaran untuk membangun Indonesia sejak masih baru lahir dengan kekuatan politik Islam, untuk mencapai tujuan Indonesia merdeka sebagaimana tertuang dalam mukadimah UUD 45.

Melalui suratnya No. 1801BNI-25/60 tanggal 13 September 1960, partai masyumu membubarkan diri. Partai Masyumi membubarkan diri untuk menghindari cap sebagai partai terlarang, dan korban yang tidak perlu, baik terhadap anggota Masyumi dan keluarganya, maupun aset-aset Masyumi. Kedua, menggugat Sukarno di pengadilan. Usaha Masyumi mencari keadilan di pengadilan menemui jalan buntu. Kebuntuan itu terjadi karena adanya intervensi Sukarno terhadap pengadilan. Keputusan Pimpinan Partai Masyumi yang membubarkan diri, temyata bisa diterima anggota Masyumi. Anggota Masyumi tidak melakukan pembangkangan terhadap Pimpinan Masyumi. Meskipun Partai Masyumi sudah bubar secara material, namun di kalangan anggota Masyumi masih merasa Masyumi tetap hidup dalam jiwa mereka. Oleh karena itu, mereka tetap memandang para pemimpin mantan Masyumi sebagai pemimpin mereka.

Jiwa itu tetap berkobar meski menghadapi tekanan dari penguasa pasca Sukarno, salah satunya adalah pengajian Pitunop (pitu nopember, Tujuh nopember, harlah Masyumi) terus aktik dan menjadi salah satu pengajian faforit penulis saat di Kuliah di UGM Yogyaakarta. Disamping itu, jiwa kepejuangan kader-kader masyumi untuk tetap membangn bangsa, disalurkan melalui berbagai kegiatan sosial keagamaan yang tidak hanya menyelenggarakan tabligh, tapi juga kegiatan riil, di Yogyakarta ada Pengajian Bulan Purnama, yang digerakkan oleh Bpk. Ahmad Darban ayah DR. Adabi Darban (sejarawan UGM) dan secara nasional tokoh masyumi tetap berkiprah salah satunya melalui Dewan Dakwah Islam yang terkenal dengan DDI. Dengan salah satu karya besarnya adalah Dai Pembangunan, para dai yang menggerakan pembangunan bangsa dipelosok-pelosok seluruh tanah air dengan kerja serius.

Kerja serius Para dai pembangunan dan jajaran DDI seluruh Indonesia ini bisa penulis rasakan saat, penulis ambil bagian dalam pembuatan Peta Dakwah atas kerjasama Robitoh Alam Islami, DDI, Laboratorium dakwah Yayasan Shalahuddin Yogya, dan Al Irsyad. Setelah proyect pilot pemetaan Kabupaten Cilacap, kemudian Pak Natsir perlu peta dakwah nasional, Subhanallah, para dai pengurus DDI seluruh Indonesia hadir di Laboratorium Dakwah Yogya, dengan data lengkap hasil penelusuran mereka ke gnnung, lembah dan ngarai seluruh Indonesia. Sebagai fasilitator pada training strategy dakwah itu penulis menilai kader=kader masyumi yang tergabung dalam DDI dengan dai pembangunannya berkerja dengan penuh Integritas, jiwa interitas itulah jiwa Masyumi. Itulah mengapa kader-kader Masyumi dari waktu ke waktu berani mengahadapi berbagai tantangan dengan segala konsekuensinya. Dan itu telah dicontohkan oleh para pemimpin Masyumi sendiri saat menghadapi Rezim Sukarno.

Partai Masyumi seringkali mengkritisi dan menentang gagasan dan kebijaksanaan Sukarno. Adanya penentangan dan perlawanan Masyumi yang tidak putus-putusnya kepada Presiden Sukamo yang semakin mendorong dan meyakinkan Sukarno untuk membubarkan Masyumi. Faktor ketiga adalah untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dan melestarikan kekuasaannya. Sukamokhawatir kalau Masyumi tetap dibiarkan hidup, maka akan mengancam kekuasaannya, dan menghambat jalannya Demokrasi Terpimpin. Itulah dendam sejarah yang ada pada Sukarno terhadap Masyumi.
Konflik Masyumi dengan Presiden Sukarno disebabkan beberapa hal. Pertama, masalah kedudukan dan kekuasaan dalam pemerintahan. Kedudukan dan kekuasaan Masyumi dalam pemerintahan sangat besar pada masa Demokrasi Parlementer, sementara pengaruh dan kekuasaan Presiden Sukarno sangat keciI. Mengingat kedudukan seperti itu, maka Presiden Sukarno ingin merebut kedudukan itu, dan terlibat secara langsung dalam pemerintahan. Sebab kedua, adanya perbedaan yang prinsipil mengenai demokrasi. Sukarno menginginkan Demokrasi Terpimpin, sementara Masyumi menolak dan menentang Demokrasi Terpimpin. Sebab ketiga, adanya perbedaan ideologi. Presiden Sukarno menggalang kerjasama dengan PKI yang berhaluan komunis.
Sementara itu, Partai Masyumi mempunyai ideologi Islam yang tidak mau bekerjasama dengan PKI, dan sangat kerns menentang komunisme. Adanya pcrbcdaaan ideologi antara PKI dan Masyumi, berimplikasi terhadap hubungan Masyumi dengan Presiden Sukarno. Sukarno lebih memilih PKI, dan konsekuensinya Sukarno hams menyingkirkan Masyumi.
Usaha Sukarno untuk menyingkirkan Masyumi dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan politik, dengan cara mengurangi dan menghilangkan peran politik Masyumi dalam pemerintahan dan
legeslatif. Kedua, pendekatan hukum, dengan membuat beberapa peraturan yang menjurus kepada pembubaran Partai Masyumi.
Dari uraian di atas kita dapat melihat bahwa Masyumi dibubarkan bukan karena terlibat PRRI. Hal ini diakui sendiri oleh Sukarno kepada Bernhard Dahm pada tahun 1966. Sukarno mengatakan tidak dapat menyalahkan suatu partai karena kesalahan beberapa orang. Kalau begitu, keluarnya Keputusan Presiden No. 200 tahun 1960 merupakan bentuk sikap kesewenang-wenangan Sukarno terhadap Partai Masyurni. Pada sisi lain, pembubaran diri Partai masyumi oleh para pemimpin Masyumi untuk menghindari korban yang tidak perlu yang sangat mungkin terjadi jika Pemimpin Masyumi menyerukan Jihad Melawan rezim yang lebih pro ke PKI ketimbang Partai islam itu, menunjukan jiwa besar para pemimpin Masyumi, Integritas terhadap NKRI benar-benar telah teruji.

Menjelang pemilu 2014, kembali jiwa integritas Masyumi pada kader-kadernya yang berkumpul di Partai Bulan Bintang sungguh diuji. Apakah akan terjerumus ke  arus neoliberalisasi yang telah menyeret semua partai partai Senayan ataukah menjadi pendekar-pendekar penyelamat NKRI menuju spirit yang diamanahkan oleh konstitusi, yakni spirit membangun NKRI atas dasar berkah rahmat Allah yang maha kuasa yang didorong keinginan luhur (Akhlaqul karimah) yang berlandas pada nilai-nilai Ketuhanan yang maha esa ?

Pastinya, Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang DR. MS. Kaban telah menegaskan pada Launching Indonesia Memilih Ayo bersuara bertepatan dengan Peringatan hari Sumpah Pemuda, Senin, 28 Oktober 2013, bahwa PBB berkomitmen untuk membangun NKRI dengan landasan spirit Berkah Rahmah Allah yang maha Kuasa dan Ketuhanan Yang maha Esa.

Bravo Masyumi, Brafo PBB !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun