Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menghadapi PKI Generasi Baru yang Lebih Strategis

26 September 2017   20:09 Diperbarui: 26 September 2017   20:12 1735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isue bangkitnya kembali Partai Komunis Indonesia, sebaiknya tidak perlu dinafikan namun jangan pula disikapi dengan emasional. Sudah menjadi sesuatu yang manusiawi, apa pun pahamnya atau idiologinya secara naluriah, para pendahulu  otomatis akan mewariskan paham atau ideologi yang diyakininya kepada generasi berikutnya. Bahkan sudah barang tentu dengan harapan generasi penerusnya lebih hebat, lebih militan dari generasi sebelumnya. 

Sebagai misal dalam hal paham keagamaan, orang tua yang paham keagamaannya ahlus sunnah, tentu berharap dan berusaha mendidik anak-anaknya dengan paham ahlus sunnah. Bahkan didik lebih dengan menyekolahkan atau mengirimnya ke pondok pondok pesantren yang pahamnya ahlus sunnah dengan harapan anak anaknya memiliki pemahaman, komitmen, dan kualitas yang lebih baik dari orang tuanya, yang mungkin belum bisa mendi ahlus sunnah yang sejati. 

Demikian juga dengan orang orang yang menjadi pengikut PKI dengan paham/ideologi komunisnya, Sudang barang tentu melakukan hal yang sama,  dengan cara demikian mekanisme untuk "bertahan kuat" dalam berideoligi dapat dipertahankan bahkan dikembagkan lebih luas, dengan harapan jumlah pendukung yang makin bertambah dan makin luas. 

Melihat hasil pemilu tahun 1955, dimana  PKI pada pemilu DPR yang hampir menenyentuh anga 6 juta lebih , ditambah misalnya keluarnis yang belum memiliki hak pilah sekitar 50 % (3 juta lebih, maka dierkirakan saat itu pendukung dan keluarga PKI berjumlah sekitar 9 Juta jiwa. Apabila pergenerasi (30 tahun) menjafi dua kali lipat jumlah penduduknya, maka pada tahun 1985 berjumlah sekitar 18 juta jiwa , maka pada tahun 2015 berjumlah sekitar 36 juta jiwa. boleh jadi saat ini , sudah berjumlah sekitar 40 juta jiwa. Sebuah angka yang  besar juga. Yang merupakan tantangan yang tidak ringan bagi umat beragama Indonesia jika ingin mempertahankan panca sila, terutama sila ketuhanan Yang Maha Esa.

Kegagalan demi kegagalan yang telah PKI alami dalam upaya menjadikan Indonesia sebagai negara komunis tentu saja memberikan pembelajaran tersendiri bagi generasi baru PKI untuk bergerak lebih strategis di berbagai bidang termasuk menelusup sebagai aktivis L:SM, aktivis kemasyarakatan bahkan juga menelusup sebagai aktivis keagamaan, tokoh agama, ulama, kyai, romo atau pendeta. Kasus draft kurikulum sejarah yang konon "menghapus jejak penghianatan PKI" dan menonjolkan untuk memojokkan perjuangan kaum muslimin beberapa tahun lalu, menu jukan bahwa kader kader komunis juga masuk di birokrasi, bahkan dunia pendidikan yang strategis dalam membentuk masa depan bangsa. 

Kita tentu saja sangat memahami kisah tentang seorang guru yang mencoba membangun paradigma tidak ada tuhan dalam pembelajaraannya di sekolah sejak dini. Untuk menyegarkan ingatan, penulis sampaikan kisah singkatnya. Untuk membina anak-anak yang masih polos didoktrin tidak ada tuhan, tiap hari, saat akan memberi makanan kepada anak-anak, guru ini melakukan brain washing dengan menyampaikan "coba anak-anak, angkat tanganmu dan katakan tuhan beri aku bla bla bla", setelah anak-anak melakukan dengan mata tertutup, ibu guru ini menyuruh anak-anak untuk membuka mata, lalu bertanya "anak-anak, apa tuhan memberi yang kamu minta ?" tentu saja anak anak akan menjawab tidak Maka doktri disampaikan melalui pertanyaan berikutnya, "jadi tuhan ada apa tidak ?  Jawaba anak-anak serempak "tidak ada bu guru.." dst. 

Belajar dari berbagai kegagalan sudah barang tentu membuat PKI PKI muda mengambil cara-cara yang strategis, mengembangkan cara-cara yang berhasil, dan memperbaiki cara-cara bahkan mengeliminir cara-cara yang menyebabkan kegagalan. Dengan cara demikian, PKI muda tentu bergerak smart, strategis, militan dan penuh gairah. Masalahnya adalah apakah lawan mereka, penganut-penganut agama yang menjadi titik serang mereka juga melakukan strategi yang sama ? Atau tetap dengan strategi cuap-cuap tong kosong berbunyi nyaring. 

Seorang ahli sejarah dari UGM yang memberi kajian tentang komunis saat penulis menjadi santri di PP Budi Mulia Yogyakarta menyampaikan, bahwa buruh-buruh yang majikannya muslim yang di kenal taat di berbagai kota santri di Jateng justru menjadi pendukung PKI karena majikan mereka benar-benar menjalankan bisnisnya ala kapitalis, yang sangat menekan upah buruh. Dalam pengamatan penulis, saat ini pada umumnya tokoh-tokoh, pengusaha-pengusaha muslim dengan titel hajinya nampaknya tetap menjalankan dengan prinsip-prinsip kapitalismenya, kesejahteraan buruh yang kurang diperhatikan, baik di desa maupun di kota-kota besar. Hal itu tentu akan menjadi lahan empuk bagi PKI untuk menembak tokoh, pengusaha itu sebagai setan desa maupun setan kota. Padahal semestinya pengusaha-pengusaha muslim lebih care pada kesejahteraan pekerja-pekerjanya, bukan sebaliknya, hanya mengejar keuntungan. 

Bahkan dengan kelemahan intelektual dan iman, betapa banyak aktivis anti PKI justru melakukan blunder yang justru akan menjadikan mereka kurang mendapat simpatik dari masyarakat yang perlu diselamatkan dari ancaman komunisme. Kelemahan intelektual dan strategy perjuangan menjadi tampilan mereka lebih mengedepankan emasional, riak riak tanpa daya dobrak dalam menghadapi gerakan yang strategys dari PKI PKI muda. Lemahnya pengetahuan strategy perjuangan jika diumpamakan petinju, menjadikannya kehabisan tenaga melayani pukulan one two dari lawan, dan ahirnya terkapar ketika lawan melancarkan pukulan hook atau over cut. 

Kondisi riil umat yang bagaimanapun harus segera dipahami oleh para pemimpin dan penggerak umat beragama dan segeraa berkonsolidasi untuk melakukan gerakan yang lebih strategis, yang memungkinkan umat memiliki daya tahannya, imunitasnya sendiri dalam menghadapi s setiap serangan, isue, manuver dari PKI muda atau penganut paham lain yang bertentangan dengan Panca Sila. Gerakan-gerakan strategis PKI muda atau pendukung paham lain tidak mungkin hanya dilawan dengan retorika dan propaganda-propaganda belaka. Tentu saja hal strategis untuk mengahadi PKI Generasi Baru tidak mungkin disampaikan detail disini, intinya harus ada pemetaan dan action riilnya yang kompak dari seluruh umat beragama Indonesia, sebab jika belajar dari sejarah, mereka menyerang umat beragam tidak hanya umat Islam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun