Siagalah nyalakan bara
yang kau simpan sempurna di dada.
Agar kegelapan lenyap
dan beku berlalu.
Hingga mentari memancar binar.
Jangan bergantung pada purnama.
Sebab tak selamanya purnama pancarkan cahaya sempurna.
Karena gerhanapun biasa hadir saat purnama tiba
Dan tertudung mendung menggantung
.
Jangan mencari cahaya di jantung kelam malam
berbaurlah bersams kunang
Dimana tiap kepaknya sayapnya
pancarkan gairah terang
Jangan berdiang pada embun pagi
yang terlena dingin dedaunan,
hangatkan dini harimu dengan hati
yang mengusung matahari.
Manusia bukan sekedar binatang yang bisa bicara.
Tanyalah Sulaiman AS sang Raja
semut pun berbicara lebah berkhilafah
bahasa ada pada semua mahluk-Nya
Untur bertasbih atas keagungan-Nya
Hakekat manusia ada pada karsa,
fujuroha wa taqwaha yang termaqom pada kalbunya,
sensor sign tiap derap langkah menuju surga
Di kekudusan karsa,
Biarlah bidadari bidadara surga,
cemburu melihat kemesraan kita.
Yang melepas rindu dalam kalbu,Â
bercengkerama nir raga,
jima jiwa baka
Persetubuhan surga
Muntaha rasa jiwa,
mencair, mengalir semilir
di keheningan dzikir witir,
Yaa Ghoofir, Yaa Mutakabbir
Ya awwalu, Yaa Ahir
Jakarta, 26 Agustus 2017