Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hati yang Mengusung Matahari

26 Agustus 2017   21:56 Diperbarui: 26 Agustus 2017   22:05 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siagalah nyalakan bara
yang kau simpan sempurna di dada.
Agar kegelapan lenyap
dan beku berlalu.
Hingga mentari memancar binar.

Jangan bergantung pada purnama.
Sebab tak selamanya purnama pancarkan cahaya sempurna.
Karena gerhanapun biasa hadir saat purnama tiba

Dan tertudung mendung menggantung

.

Jangan mencari cahaya di jantung kelam malam
berbaurlah bersams kunang
Dimana tiap kepaknya sayapnya
pancarkan gairah terang

Jangan berdiang pada embun pagi
yang terlena dingin dedaunan,
hangatkan dini harimu dengan hati
yang mengusung matahari.

Manusia bukan sekedar binatang yang bisa bicara.
Tanyalah Sulaiman AS sang Raja
semut pun berbicara lebah berkhilafah
bahasa ada pada semua mahluk-Nya
Untur bertasbih atas keagungan-Nya

Hakekat manusia ada pada karsa,
fujuroha wa taqwaha yang termaqom pada kalbunya,
sensor sign tiap derap langkah menuju surga

Di kekudusan karsa,
Biarlah bidadari bidadara surga,
cemburu melihat kemesraan kita.
Yang melepas rindu dalam kalbu, 

bercengkerama nir raga,
jima jiwa baka
Persetubuhan surga
Muntaha rasa jiwa,
mencair, mengalir semilir
di keheningan dzikir witir,
Yaa Ghoofir, Yaa Mutakabbir

Ya awwalu, Yaa Ahir

Jakarta, 26 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun