Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Politik

Doa Tifatul Sembiring 2

21 Agustus 2017   10:21 Diperbarui: 11 September 2017   10:53 1714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mungkin karena pekewuh dengan Presiden, kita saat ini menyaksikan permintaan maaf dari Presiden PKS dan juga Tifatul Sembiring terkait dengan doa "semoga Presiden Jokowi semakin gemuk" (kira-kira seperti itu). Di twitter penulis baca doa Tifatul menjadi " semoga sehat wal afiat" disertai petmihonan masf jika ada tang salah. Apa ini semacam ralat doa ? Wallahu a'lam bishowab !

Namun demikian, dalam pandangan penulis, yang lebih fatal sesungguhnya bukan sekedar pada kalimat "permohonan minta gemuk"  saja, tetapi adanya  proses refuksi "obyek rasa takut"  yang terungkap dalam kalimat "Pemimpin yang takut kepada Allah bukan takut kepada partai" . Terlepas dari partai mana yang dimaksud,  penulis lebih melihat proses reduksi nilai yang dikandungnya.

Dalam ingatan penulis kalimat permihonan takut kepada Allah itu tetkait dengan ayat Quran, "Laa Yahsya Illa Allah" dalam doa itu diganti "takut kepada Allah bukan kepada partai" Penggantian ini fatal terkait dengan konsekuensi konsekuensi yang sudah penulis jelaskan pada tulisan berjudul "Doa Tifatul Sembiring" sebelumnya. Pernyataan itu tentu akan sejalan dengan Quran jika redaksinya adalah "Pemimpin yang tidak takut pada siapapun kecuali kepada Allah"Atau "Pemimpin yang takut hanya kepada Allah bukan kepada yang lainnya" bukan sekedar parta. i

Dari paparan di atas nampak ada proses reduksi dalam doa itu yang merubah hakekat obyek rasa takut. Padahal jija diperhatikan "Laa Yahsya Illa Allah" mendekati pola "Laa Ilaaha illa Allah" artinya rasa takut itu mrupakan cerminan atau proyeksi ketauhidan, penghambban diri kepada Allahu Ahad, terkait dengan aturan, petintah dan laranfan-Nya dalam posisi Allah sebagai Malikinnas. Yakni tauhid yang benar, menjadikan Allah sebagai loyalitas tertinggi dan otoritas mutlak dalam segala hal. Hal ini dilandasi dengan keyakinan kalimat thoyyibah : Laa Maalika illallah, Laa Rozaqa illallah, Laa Waliyya illallah, Laa Hakima illallah, Laa ilaaha illallah, Laa Ma'buda illallah, Laa Makshuda illallah, Lam Yakhsyaa illallah. dst. 

Disinilah makna kesalahan fatal yang penulis maksud. Tentu saja MUI lebih berkompeten dalam menilai hal itu, oleh jareba iru, dengan penuh harap kiranya MUI memberijan Pandangan Sikap Keagamaan yang adil terutama agar menjadi tarbiyah bagi kita semua. Sebab kita pahami bahwa doa adalah ruhnya ibadah, dan kita tidak diciptakaan oleh Allah SWT  kecuali untuk beribadah kepada-Nya.  Apalagi sebagai bangsa yang berketuhanan yang maha esa, seluruh aktivitas kita, ternasuk aktivitas dalam berbangsa dan bernegara senantiasa diiringi dengan  doa. Oleh karena itu sudah sewajarnya petugas pembaca doa pada acara kenegaraan harus bersikap, beradab sebagai negarawan.

Sikap wiroi, tawadlu dan tulus sangat ditekankan dalam berdoa, yang tentu akan terhindar dari sikap "usil" apalagi "ndagel" dalam berdoa. Doa sangat betved denfan retorika ataupun petcakapan biasa, yang jika ada salah kata kita bisa saja menyampaijan ralat, klarifikasi atau permohonan maaf. Kecuali kalau kita mengajukan ralat doa (?). 

"Ya Allah, dengan sungguh sungguh dan tidak dipaksa oleh pihak manapun hamba mengajukan Ralat doa......, dengan ralat doa ini kiranya doa yang lalu dianggap tidak berlaku, aamiin !." 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun