Mohon tunggu...
Darul Azis
Darul Azis Mohon Tunggu... Administrasi - Wirausahawan

Wirausahawan yang terkadang menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kora-kora dan Para Pemburu Ketegangan di Acara Sekaten Jogja

22 November 2017   21:22 Diperbarui: 23 November 2017   11:33 2363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kora-kora yang sedang melaju di udara [Dok. Lia Lestari]

Sepuluh baris tempat duduk di atas perahu bercat kayu dan mengilap itu sudah terisi penuh oleh penumpang. Para penumpang yang kebanyakan merupakan anak-anak muda tampak sedang bersiap-siap dan mencari posisi duduk terbaiknya. Ada yang memegang hape pintar, kamera action beserta gagangnya, dan ada pula yang melambai-lambaikan tangan kepada teman-temanya yang sedang berada di bawah.

Tak lama kemudian, mesin mulai menderu. Perahu mulai melaju. Terompet dibunyikan sebagai tanda akan segera dimulainya petualangan. Di saat yang sama, perahu lain juga terlihat  begitu. Bunyi terompet pun kemudian saling bersahutan dan kian menyemarakkan suasana.

Tetapi perahu itu, dan juga perahu-perahu lain, tidak berjalan ke laut lepas. Perahu-perahu itu hanya bergerak mengayun di tengah tiang besi raksasa berbentuk segitiga yang dililit cahaya lampu berwarna-warni.

Saat mula perahu melaju, mimik para penumpang masih terlihat biasa saja. Lajunya memang masih terbilang pelan, hanya sebatas dorongan tenaga seorang laki-laki dewasa. 

Semua masih terlihat biasa saja, sampai bunyi terompet panjang menembak ke langit untuk kedua kalinya, menandakan bahwa pelayaran yang sebenarnya akan segera  dimulai. Gerak ayun perahu perlahan meningkat seiring semakin kencangnya deru mesin. Ayunan perahu kini didorong oleh gesekan antara roda besi mesin dengan dasar perahu yang telah dilapisi karet.

Ketika ayunan semakin kencang hingga mencapai setengah lingkaran, saat itu pulalah teriakan para penumpang muncul. Ada yang sambil berpegang erat pada besi yang melingkar di badan dan sekaligus menjadi pelindungnya. Ada yang sambil memeluk orang di sampingnya. Bahkan ada yang sampai menangis ketakutan.

Enam tahun yang lalu, aku pernah berada di perahu itu. Jantung terasa nyeri seperti disayat. Badan serasa dilempar dan kemudian dibanting. Saat itu aku hanya bisa memejamkan mata. Malu. Tersiksa. Dan turun dengan wajah pucat pasi, perut mual, dan kondisi badan yang tidak nyaman.

Tapi tentu tidak semuanya begitu. Karena ternyata ada pula penumpang yang tampak tenang-tenang saja atau justru sangat menikmatinya. Mereka bisa tertawa lepas menikmati ayunan dan keseruan yang menyertainya. Namun bagaimanapun kondisinya, serta apa pun yang dirasakan di atas sana, merekam menjadi suatu keharusan, sebagai dokumentasi yang bisa mereka lihat kembali nantinya. Hampir semua penumpang yang kulihat melakukan hal itu.

Kora-kora, demikianlah perahu-perahu itu disebut. Anda bisa menemukannya di acara Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) yang setiap tahun rutin diselenggarakan di alun-alun utara Kota Yogya. PMPS dihelat oleh Pemdais Yogyakarta dalan rangka memperingati datangnya bulan Maulid dan telah menjadi agenda tahunan.

Bisa dibilang, PMPS merupakan pesta tahunan rakyat Yogya. PMPS selalu ditunggu-tunggu, salah satunya ya karena adanya perahu Kora-kora itu. Saat ini, ketika menyebut Sekaten maka Kora-kora menjadi sesuatu hal yang juga harus disebut. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena sudah saking identiknya. Kora-kora menjadi bahan obrolan yang selalu menarik bagi orang-orang yang pernah (atau ingin) menjajalnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun