Mohon tunggu...
Darma BC
Darma BC Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis di berbabagai media

Penulis "Satu Buku Sebelum Mati"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasionalisme Perut

10 Agustus 2017   12:27 Diperbarui: 10 Agustus 2017   13:47 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya banyak hal yang terjadi di luar dugaan jika kita merantau ke negara lain. Contohnya saja Malaysia. Negara yang sangat banyak diminati para warga Negara Indonesia ini tak luput dari banyaknya persoalan. Mulai dari persoalan dokumen, sampai pada persoalan hubungan antara pekerja, agen tenaga kerja, serta hubungan antara pekerja dan majikan.

Faktor penyebab permasalahan ini antara lain, ketidak tahuan para calon tenaga kerja akan administrasi ketenaga kerjaan yang menyebabkan ia tak mempunyai dokumen. Agen tenaga kerja yang kurang bertanggung jawab sehingga ingin mengambil untung yang banyak dan cepat selalu mengabaikan "orang bawaannya". Serta pendidikan yang rendah dan kultur budaya yang berbeda antara dua Negara menyebabkan pula terjadinya perselisihan antara pekerja dan majikan. Belum lagi faktor kesengajaan pekerja yang tak ingin mengurus dokumen karena menganggap mahalnya "permit", izin bekerja.

Akhir-akhir ini, pemerintah Malaysia, sedang menggiatkan raziah para pekerja asing. Sebelumya mereka telah membuka pengurusan E-Kad, bagi para pekerja asing yang tak lengkap dokumen untuk dapat di data dan diberi izin tinggal sementara. Menurut Pemerintah Malaysia, dari jumlah perkiraan enam ratusan ribu tenaga kerja asing illegal, hanya seratus limapuluhan saja yang mendaftarkan diri mereka. Alhasil Pemerintah ini melakukan raziah besar-besaran untuk mencari pekerja asing yang tidak melaporkan dirinya.

Ketagihan akan penghasilan yang besar, yang "hanya" disebabkan oleh perbedaan kurs mata uang Negara asal dan Negara yang didatangi, menyebabkan berbagai siasatpun dilakukan. Bagi dokumen yang tidak lengkap, lari bersembunyi hingga ke hutan menghindari razia pun dilakukan. Ada yang berlindung di tempat saudaranya untuk sementara. Bahkan tinggal di kolong jembatanpun dilakukan.

Entah sudah separa apa ekonomi di Negara asal (Indonesia), sehingga rela merantau jauh untuk mengembangkan hidup.  Ini realita, ketika ada penawaran pemulangan bagi Tenaga kerja yang tak berdokumen hal ini juga tak digubris. Karena nilai uang yang sedikit dikumpul di perantauan sudah besar nilainya di tanah air. Entah sampai kapan pula hal ini berlangsung.

Sementara bagi Tenaga Kerja Indonesia yang sudah lama, sehingga sudah membngun keluarga di negeri jiran ini, punya siasat tertentu. Maaf jika saya menyebutnya "Nasionalisme Perut". Walau tidak ingin mengeneral semua orang, hal ini dilakukan  dengan mengajukan IC Merah.  IC merah merupakan identitas Warga Negara Asing, pada Negara Malaysia untuk mendapatkan kemudahan dan hak hampir sama dengan warga Negara Asli. Hampir semua fasilitas didapat dengan harga yang sama dengan Warga Negara Asli. Hal ini lah akhirnya merupakan cara untuk melupakan tanah air. Kemudahan lainnya tidak perlu lagi mengurus visa tinggal dan permit kerja. Sungguh menarik.

Anak hasil perkawinan para IC merah inipun dapat diajukan dengan mudah menjadi Warga Negara Asli. Tanpa persyaratan yang rumit. Hal ini banyak dilakukan oleh para tenaga kerja asing yang ber IC Merah. Ini untuk mendapatkan fasilitas jaminan pendidikan. Atau fasilitas lainnya.

Hal tersebut pula yang membuat tergadainya Nasionalisme, kecintaan terhadap tanah air asal. Awalnya ingin menyelamatkan perut, yang berakhir dengan tergadainya Nasionalisme. Bahkan setelah kurun waktu tertentu mereka yang ber IC Merahpun dapat mengajukan diri menjadi warga Negara tempatan. Yang Akhirnya benar-benar menggadaikan Nasionalismenya.

Solusi dari semua ini adalah kesungguhan pemerintah untuk memajukan ekonomi Negara asal, Indonesia.  Sehingga kurs, besaran harga mata uang sama dengan mata unang Negara yang menjadi tujuan utama para Tenaga Kerjanya.

Sesungguhnya yang dirasakan, jika dengan penghasilan tertentu di Negara yang didatangi jika dibelanjakan, nilainya tidaklah jauh dengan Negara Asal. Karena itu mengejar kurs yang sama menjadi kejaran yang mutlak jika Negara ingin mengurangi Tenaga Kerjanya pergi ke Negara lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun