Pada hari Jum'at (29/9) nanti, Presidium Alumni 212 akan melakukan aksi demonstrasi di depan DPR/MPR RI, Jakarta. Demo berjilid itu terus berlanjut, kali ini dengan tema menolak Perppu No. 2/2017 tentang Ormas dan kebangkitan PKI di Indonesia.
Menanggapi aksi tersebut banyak tokoh publik berkomentar. Salah satunya Hendardi, Ketua Setara Institute. Menurutnya langkah Presidium Alumni 212 menolak Perppu Ormas sangat disayangkan.
Perppu Ormas sendiri telah digugat di Mahkamah Konstitusi (MK). Seharusnya bila mereka mau menggugat produk Undang-Undang dilakukan melalui mekanisme demokratik yang menyoal keabsahan produk hukum Indonesia, yaitu di MK. Bukan dengan demo berjilid-jilid yang tak jelas juntrungannya.
Kemudian, selain menolak Perppu Ormas, Presidium Alumni 212 yang menolak kebangkitan PKI juga terlihat mengada-ada. Menolak kebangkitan PKI saat ini sangat tidak mendasar. Hal itu karena tak ada bukti yang sahih bahwa PKI akan bangkit, bahkan mereka sudah hancur sejak 50 tahun lalu.
Bila diperhatikan dengan seksama sebenarnya pergerakan Presidium Alumni 212 ini mengarah pada kepentingan politik yang bertujuan untuk melemahkan pemerintahan Jokowi. Kemudian dengan dua isu di atas mereka membuka jalan bagi lawan politiknya melalui penyebaran isu-isu irrasional dan aksi-aksi yang mengatasnamakan agama.
Untuk itu sebaiknya kita lebih hati-hati dan lebih kritis melihat ajakan demo seperti di atas. Bila terdapat indikasi itu untuk kepentingan politik kelompok tertentu sebaiknya kita tarik diri saja daripada hanya jadi martir mereka.
Selain itu, mobilisasi massa dalam jumlah besar yang dilakukan berjilid-jilid tidak banyak berkontribusk bagi pembangunan bangsa dan negara. Justru dapat menimbulkan resiko keamanan serta menurunkan potensi perekonomian Indonesia, terlebih demo itu dilakukan pada hari kerja.
Bila kita ingin berjihad tidak harus melalui aksi demo. Aksi demo 299 bukanlah aksi jihad yang tepat saat ini karena dapat mengorbankan kepentingan umum secara luas. Masih banyak lahan untuk berkontribusi positif bagi bangsa dan negara, misalnya melalui pendidikan dan kesehatan, menjaga keamanan dan kedamaian masyarakat, berbuat toleran dan tidak main hakim sendiri, dan masih banyak lagi. Itu adalah bagian dari jihad.