Berkali-kali calon gubernur DKI Jakarta Nomor 3: Anies Baswedan, menuduh Ahok sebagai pimpinan tanpa hati dalam menjalankan kebijakan penggusuran (relokasi), dan pimpinan yang (demi pencitraan) hanya mengutamakan pembangunan fisik yang indah difoto (untuk disebarkan di media sosial) Â tanpa membangun kwalitas manusianya, tapi Ahok tidak tersinggung.
Semua tuduhan itu dimentahkan Ahok dengan argumen yang kuat dan data yang valid.
Tapi giliran Ahok balik menyindirnya dengan mengatakan cara berpikirnya tipikal dosen yang hanya tahu teori, Anies langsung tersinggung berat. Namun, demi menjaga citra dirinya sebagai sosok yang sabar, kalem, berjiwa besar, dan berwibawa, Anies menyangkal dia tersinggung karena ucapan Ahok itu. Tetapi, dari reaksinya, jelas-jelas ia tersinggung berat, ia sedang memendam amarahnya kepada Ahok.
Katanya, tidak tersinggung, Â tetapi kok mempermasalahkan perkataan Ahok itu sampai berkali-kali, Â juru bicara mereka (Anies-Sandiaga) pun ikut berkomentar: menuduh Ahok telah melakukan penistaan terhadap profesi guru dan dosen. Sandiaga Uno, pun menyatakan keberatannya atas ucapan Ahok tentang dosen itu.
Kalau benar-benar Anies tidak tersinggung, pastilah ucapan Ahok tersebut tidak dipersoalkan lagi, ia sudah melupkan ucapan Ahok itu begitu acara debat pertama antara pasangan calon (paslon) gubernur DKI Jakarta pada Jumat malam, 13 Januari lalu itu usai.
Faktanya, tidaklah demikian, Anies masih terus mengingat-ingat perkataan Ahok kepadanya itu, dan ia tidak bisa menerimanya. Perkataan Ahok itu terus-menerus terngiang-ngiang di telinganya, membuat hatinya panas berkobar-kobar, membuatnya tak bisa tidur.
Demikianlah, saat berkunjung di Gelanggang Olahraga Kemayoran, Jakarta, Sabtu, 14 Januari 2017, Anies pun mencurahkan isi hatinya itu, dan seperti biasa, gaya bicaranya pun penuh dengan bunga-bunga kata seperti orang yang sedang berdeklamasi, mirip Mario Teguh.
"Saya menyayangkan Pak Ahok meremehkan profesi guru dan dosen. Saya rasa hormatilah semua profesi sebagaimana kita juga ingin profesi kita dihormati," ujar Anies.
Setiap warga negara, kata Anies, Â memiliki hak yang sama untuk mencalonkan dirinya sebagai kepala daerah, apalagi guru dan dosen. Anies pun mengingatkan bahwa pendiri republik ini mayoritas berlatar belakang seorang guru, seperti Soekarno, Soetan Sjahrir, dan Agoes Salim. "Bahkan Panglima Besar Jenderal Soedirman sebelum menjadi tentara adalah guru SMP," tegasnya.
Menurut Anies, sosok Soedirman, yang menjabat sebagai panglima tentara, tidak pernah membentak-bentak dan mencaci maki. Karakter Soedirman ialah panglima yang tegas tapi sopan, berani tapi santun, dan total dalam bekerja.
Meskipun demikian, Anies kembali menyatakan lagi dia  tidak tersinggung sama sekali.