Mohon tunggu...
Hendry Gunawan
Hendry Gunawan Mohon Tunggu... Guru - Sang Pemimpin

Pengajar di SMK Negeri 1 Bengkulu Selatan Pencinta Sepakbola dan Teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Guru (Sebuah Renungan)

25 November 2017   08:31 Diperbarui: 25 November 2017   09:52 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru dan sebagai kegiatan rutin diadakan upacara bendera. Tak juga ketinggalan upacara bendera di sekolah dengan para petugas adalah para guru. 

Dari zaman dulu sampai sekarang profesi guru masih menjadi profesi pilihan kedua bukan prioritas pertama para pemuda kita. Ketika mau kuliah anak-anak yang pintar, cerdas dan mendapat embel juara umum tak ada yang bercita-cita menjadi guru sehingga mereka masuk ke jurusan pendidikan. Mereka lebih memilih jurusan kedokteran, teknik ataupun yang lainnya asal bukan jurusan pendidikan. 

Yang jelas masalah penghasilan atau gaji yang akan didapat itu menjadi pertimbangan utama. Bagaimana pun gaji guru pasti lebih kecil dibanding gaji seorang dokter atau insinyur. Dan posisi seorang guru tak lebih terhormat di banding PNS lainnya apalagi disandingkan dengan dokter atau insinyur. 

Belum lagi dengan pelaksanaan tugas guru. Yang berkutat dengan siswa dari pagi hingga siang hari bahkan ada yang sampai sore hari. Harus menghadapi sisanya yang mempunyai bermacam sifat dan karakter, budaya. Juga akan menghadapi siswa SD dan TK yang butuh perhatian ekstra. 

Guru zaman sekarang juga berhadapan dengan masalah HAM yang menjadi momok terbesar bagi para guru. Kalau zaman dulu kalau anaknya berbuat salah maka akan dapat sanksi dari orang tuanya tapi untuk sekarang tak sedikit orang tua yang tak menerima kalau anaknya diberi sanksi di sekolah hingga melaporkan sekolah dan guru ke pihak yang berwajib. Kata kawan, coba dicek di sekolah pedesaan siswa yang hapal perkalian kebanyakan adalah anak seorang guru yang lainnya banyak tidak hafal. Hal ini karena takut memberi sanksi siswa yang tak hafal perkalian karena adanya HAM tadi. Kalau zaman  dulu tak hafal perkalian maka berdiri di depan kelas sambil mengangkat kaki sebelah dan tangan memegang telinga adalah hukuman wajib. 

Saat ini beban administrasi guru lebih besar dibandingkan dengan tugas mendidik. Beban administrasi adalah beban seorang pengajar bukan seorang pendidik. Tugas mengajar gampang dilakukan tapi tugas mendidik susah dan berat tantangannya. Mau mengajar harus siap RPP, format penilaian, program remidial dan pengayakan. Mau naik pangkat harus ikut pelatihan dan menulis penelitian. Kalau setiap hari guru berkutat dengan beban administrasi, kapan guru akan punya waktu untuk bercengkerama mengobrol dengan para siswanya sambil memberikan motivasi, petuah, padahal ini yang penting, interaksi dengan siswa yang dilakukan bukan ketika pelaksanaan belajar mengajar. 

Semoga para guru tetap semangat dan tak tak pernah kendur untuk mencerdaskan anak bangsa. 

Kota Manna, 25 November 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun