Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ponsel Lebih Pintar, Manusia Kok...

27 Oktober 2018   00:31 Diperbarui: 31 Oktober 2018   18:59 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ponsel semakin pintar, manusia semakin bodoh!

Pepatah diatas tentu tidak berlaku bagi semua orang. Tapi sebagian besar orang di dunia ini tampaknya benar -- benar semakin mundur ke belakang sejak ponsel pintar menjadi gaya hidup yang tidak dapat diabaikan. Bagaimana tidak, dalam hitungan bulan bahkan minggu produsen ponsel pintar selalu saja menyediakan gawai teranyar mereka untuk dinikmati para pemburu kehidupan penuh dengan pengakuan.

Masalahnya adalah, penikmat gawai terbaru ini tidak benar -- benar menggunakan ponsel pintar mereka sebagaimana mestinya. Justru, terlihat bahwa kebanyakan kita memilih untuk membeli ponsel terbaru demi sebuah gengsi hidup era milenial.

Padahal, kalau kita periksa gawai kita masing -- masing kemungkinan yang ada hanya beberapa aplikasi aktif. Misalnya aplikasi pesan singkat atau telepon dengan internet, kemudian medsos. Selebihnya, hanya ada tumpukan foto atau video yang sebenarnya dengan gawai lama pun semua itu masih bisa dilakukan. 

Yang lebih mengerikan lagi, dewasa ini adalah sebuah hal yang lazim melihat mahasiswa semester awal menggunakan ponsel seharga belasan juta rupiah. Kegunaannya? Hanya demi sebuah hedonisme yang seringkali tidak memberi ampun bagi para pemanjat sosial.

Beberapa kali, saya coba melihat feed instagram, anak -- anak sekolah sudah berani memamerkan bagian terlarang tubuh mereka. Eksploitasi berlebihan terhadap tubuh untuk ditunjukan kepada orang lain yang saling mengenal saja tidak, dianggap dibutuhkan demi mendongkrak "nilai jual" di media sosial. 

Mulai dari belahan dada para gadis, sampai remaja pria yang memilih menanggalkan semua pakaian meninggalkan kolor saja terpampang nyata untuk dinikmati orang lain. Menjadi seksi? Mungkin, tapi terlihat bodoh? pasti!

Bagaimana mungkin kita merasa memamerkan bagian -- bagian pribadi menjadi sebuah keharusan, demi popularitas. Ironisnya, popularitas ini hanya sebatas dunia maya, yang biasanya jangka waktunya tidak terlalu panjang. 

Kalau memang menurut kita, menjadi telanjang adalah sebuah keharusan demi dikenal banyak orang, lalu apa bedanya kita dengan manusia purba yang dikenal nyaris tidak mengenakan apapun? Ibarat kata, ketika ponsel menyesuaikan dirinya dengan abad ke-21 kita justru kembali pada masa pra sejarah.

Disamping itu, ponsel pintar membuat kita menjadi kehilangan sensitifitas pada lingkungan sekitar. Sebut saja saat anda masuk transportasi umum. Ketika sudah mendapat tempat duduk, mayoritas penumpang akan segera mengambil ponsel mereka.

Bahkan, yang tidak kebagian tempat duduk pun segera mengambil gawai hanya untuk menikmati layar saja. Tidak ada pesan masuk, atau pemberitahuan. Kita lebih sibuk membuka media sosial atau sejenisnya, sekedar melihat apa yang sedang dan atau sudah terjadi, atau sekedar agar terlihat sibuk dimata orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun