Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Era di Mana Semua Orang Menjadi Pengamat sekaligus Ahli

14 Agustus 2017   14:22 Diperbarui: 14 Agustus 2017   14:46 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setidaknya sampai dengan akhir 2000-an, ayah saya masih suka menonton televisi yang menyajikan pemberitaan politik serta hukum kemudian mengajak pengamat untuk duduk berdiskusi bersama. Untuk menambah intensitas kebersamaan keluarga, saya dan saudara - saudara juga ikut menonton bersama ayah, kemudian berdiskusi apa yang didiskusikan mereka - mereka di layar kaca. Bagaimanapun, diskusi kami tidak pernah menemui titik jelas sebab tidak ada ahli yang mampu menjadi penengah kekeliruan bersama.

Awal 2011 sampai dengan 2014 dimana ayah saya meninggal, kami masih berdiskusi tentang isu - isu hangat dari korupsi Nazarudin sampai dengan moncernya nama Jokowi saat itu. Tapi, diskusi ini sudah terarah dan tidak membutuhkan televisi lagi. Saat itu, saya dan ayah sudah sama - sama memegang Blackberry dimana kami bisa saling membantah melalui informasi yang kami dapat di internet. Alhasil, ayah dan saya menjadi salah satu ahli politik sekaligus ahli hukum di desa. Pendapat kami sering didengarkan di pembicaraan warung kopi.

Ayah saya lulusan STM, saya sendiri tidak selesai dalam kuliah. Tapi saat itu kami berdua mampu mendebat seorang sarjana bahkan yang mengaku S2 sekalipun. Tidak ada yang ganjil, sebab info yang kami berikan adalah valid menurut internet.

Belakangan, saya menyadari satu hal bahwa Internet ternyata mampu membuat seorang SMP menjadi ahli Politik, Hukum bahkan Apoteker handal sekaligus. Begitu berita mengenai Najwa Shihab mundur dari metro TV, jelas banyak pengamat dan ahli dadakan yang mengaitkannya langsung dengan isu reshuflle (mungkin) akan dilakukan kabinet kerja. Atau isu Jeremy Thomas menjadi tersangka, perdebatan hukum pidana maupun perdata berkeliaran secara masiv di jejaring sosial. Lebih lanjut, kasus dumolid Tora Sudiro juga menjadikan seseorang ahli obat dadakan.

Begitu cepatnya "kepintaran" seseorang disebabkan internet, hingga - hingga pengamat televisi tampaknya sudah tidak dibutuhkan lagi. Jika ada seorang ahli hukum berbicara di Indonesia Lawyer Clubpara pendengar ramai - ramai membantah, karena info yang mereka dapatkan (mungkiin) sudah lebih banyak daripada si pembicara. Atau saat Najwa dengan tajam mencecar narasumbernya, penonton bersorak gembira menyumpahi sang tamu seolah - olah dia sudah pasti salah.

Era internet akhirnya membuat seseorang menjadi benar sendiri dan yang lain adalah sebuah kesalahan. Hal ini terbukti dengan bagaimanapun usaha pemerintah membangun negri (sejak jaman SBY hingga sekarang) pasti terjadi dua kubu saling bertolak belakang bagi warganet. SBY melakukan A pasti salah didepan orang - orang yang tidak menyukainya. Jokowi melakukan B tidak akan pernah benar dimata pembencinya.

Lebih jauh, Internet yang menyediakan data lawas pun digunakan untuk "membunuh" satu atau dua tokoh - tokoh yang menjadi pembicaraan hangat. Bagaimana kita bisa menjelaskan Penjualan BUMN di era Megawati secara utuh, kalau data yang kita dapat hanya sebagian. Bagaimana kita bisa mengurai lengkap kejadian 1965-1966, jika tokoh - tokoh saksi sejarahnya sudah tidak diapat diandalkan. Tapi kita berkutat pada kebenaran kita masing - masing. Bahwa Megawati bersalah atas penjualan BUMN, tanpa mencari lebih jauh apa yang sebenarnya menyebabkan pemerintah melakukan itu. Bahwa 1965-1966 adalah ulah PKI, tanpa menyadari bahwa korban yang tewas atas nama simpatisan PKI pun tak kurang untuk menjadi bahan perhatian.

Akhirnya, dengan info sebagian kita mengadili seseorang. Kita sudah tidak butuh pembelaan, karena apa kata internet adalah benar dan jika seseorang menggunakan haknya untuk membantah, dia pasti berbohong.

Inilah Era yang kemudian saya sebut, Era Semua Orang Adalah Ahlinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun