Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Api Feminisme

23 April 2017   10:47 Diperbarui: 24 April 2017   01:00 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 21 April selalu menjadi hari kebanggaan perempuan Indonesia, dimana hak-hak perempuan dijunjung sejajar dengan laki-laki. Perempuan mulai mendapatkan kebebasannya, menikah dengan pasangan yang ia pilih sendiri. Ini sudah bukan lagi zaman Siti Nurbaya.

Kini perempuan bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Tidak ada lagi stigma bahwa perempuan harus dirumah saja. Kata siapa, itu adalah perkataan di zaman kuno. Mereka layak untuk meraih cita-citanya. Kenapa juga mereka harus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya? Supaya anak-anak mereka mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik dari ibunya. Al ummu madrasatul ula. Ibu adalah sekolah utama bagi anak. Syair arab ini ternyata juga mendukung perempuan mendapatkan pendidikan yang baik, yang nantinya akan menjadi sekolah utama bagi anak-anaknya kelak.

Perempuan kini juga boleh menjabat dalam jabatan apapun, termasuk menjadi presiden. Ini bukan omong kosong, sebab Megawati Sukarnoputri telah membuktikan karena menjadi presiden Republik Indonesia ke-5. Banyak juga srikandi-srikandi kita yang menjadi bupati, polisi, tentara dan jabatan yang lainnya.

Banyak juga perempuan yang ikut untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Dimanapun tempatnya, seperti di DPRD, DPR, MPR maupun LSM. Bahkan pada saat masyarakat Kendeng berdemo kepada pemerintah, mayoritas yang terlibat di dalam demo tersebut adalah kaum ibu-ibu. Mereka nekat mengecor kaki dengan semen sebagai bentuk protes.

Engkaulah, kaum perempuan sang pewaris api feminisme. Di dalam jiwamu termaktub suatu cita-cita yang besar, yaitu keadilan. Jadilah api yang menyala-nyala, tak gentar menghadapi segala masalah hidup. Cita-citamu adalah impian semua orang.  Engkau tidak saja menggunakan akalmu dalam menyikapi berbagai masalah, namun juga mempertimbangkan masalah yang lebih dari itu, yaitu perasaan. Rasa yang dimiliki manusia, tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Meskipun mencoba untuk metutup-tutupi, namun tetap saja manusia mempunyai insting kebenaran. Apalagi perempuan. Mereka berpikir sepuluh kali lipat lebih tertata, rapi, dan mantap dalam menangani suatu masalah dalam hidupnya. semangat feminisme juga layak ditularkan kepada para lelaki. pada akhirnya bicara tentang feminisme bukan hanya tentang perempuan, namun tentang keadilan.

Kemajuan ini janganlah berhenti. Semangatmu jangan hanya sampai disini. Sedikit-dikit kekerasan kepadamu telah berkurang. Stereotip tentangmu lambat laun telah pudar. Perempuan, kita setara. 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun