Mohon tunggu...
Damai Purba
Damai Purba Mohon Tunggu... Administrasi - Travel for another knowledge

Membuana dalam kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bencana Likuifaksi yang Membawa Sebuah Pandangan Baru

21 Agustus 2019   12:16 Diperbarui: 21 Agustus 2019   12:31 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika saya dan Ibu Sinta Kuo selesai wawancara di depan camp pengungsian | dokpri

Melihat Sebuah Proses dari Sisi lain

So, setelah beberapa lama tidak menulis lagi karena berbagai kesibukan yang dibuat sendiri, saya akhirnya merindukan "lapak" ini untuk kembali sharing mengenai beberapa hal yang saya temukan dari solitude yang berkepanjangan ini (terlalu panjang sebenarnya).

Setelah berhenti dari dunia pertelevisian, akhirnya saya memutuskan untuk bekerja di dunia kemanusiaan and thank God setelah beberapa kali di tolak di beberapa lembaga kemanusiaan akhirnya saya diterima di salah satu lembaga kemanusiaan yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara - pekerjaan ini adalah pekerjaan yang juga saya impikan semenjak saya masih duduk di perguruan tinggi- dan saya di tempatkan di Palu, Sulawesi Tengah untuk merespons bencana 28 september di sana. Anyway, sebenarnya tulisan ini bukan ingin menceritakan tentang kehidupan pribadi saya jadi kita cukupkanlah disini mengenai diri saya.

Oke, setelah bekerja selama beberapa bulan di daerah bencana dan mengunjungi beberapa daerah terdampak bencana, saya menemukan dan mendengar beberapa hal yang menurut saya adalah  cerita dan pengalaman yang prodigius dan terkadang menjadi sebuah peristiwa yang membawa saya kedalam suatu dimensi yang berbeda dan menakjubkan.

Saya bertemu dengan salah seorang ibu yang hingga hari ini, ketika  saya menulis cerita ini masih tinggal di camp pengungsian, karena dia adalah salah satu korban likuifaksi, (red: likuifaksi adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat). 

You will have no idea kalau datang kesini dan menyaksikan dampak dari likuifaksi ini, kalian akan bisa menyaksikan bagaimana sebuah rumah bergerak hingga beberapa kilometer dari tempat asalnya dan masih memiliki bentuk. it' so unthinkable for me. So, saya ketepatan ingin bertemu dengannya untuk melakukan sebuah wawancara singkat mengenai kehidupannya setelah hampir satu tahun berada di camp pengungsian.

Saya mulai dengan beberapa pertanyaan tentang bagaimana kehidupannya tinggal di camp, apa yang berbeda, apa yang dia rasakan, dan juga cerita bagaimana dia masih bisa survive dari kerusuhan poso yang terjadi pada tahun 1998-2000 dan harus melarikan diri ke palu dengan berjalan kaki hampir selama lebih kurang 3 hari dan kembali mengalami hal yang menakutkan menghadapi bencana alam di tempat pelariannya di palu pada tahun 2018 lalu, satu hal yang ada dikepala saya saat itu adalah sebuah " kemalangan" yang bertubi-tubi.  

Namun saya sampai di satu titik sebuah jawaban yang membuat lidah saya kaku untuk digerakkan. " saya tidak pernah marah pada Tuhan, bagaimana mungkin saya marah kepadanya dengan sebuah kejadian yang hanya beberapa jam saja dan mengabaikan kebaikannya selama berpuluh-puluh tahun saya tinggal di dunia ini. Dia tidak memungkiri bahwa ada kepedihan yang sangat mendalam di dalam dirinya ketika ia bercerita tentang kehidupannya hingga tetes air mata pun tidak bisa ia sembunyikan.

Saya sejenak teringat  dengan pernyataan ayub di dalam penderitaanya "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau,  tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau". 

Saya merasakan bagaimana ibu ini tidak hanya sekedar bisa mendengar dan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya, namun melalui serangkaian proses kehidupan yang ia jalani, ia bisa mengalami Tuhan dengan baik dan dengan bangga mengatakan bahwa kebaikan Tuhan sudah lebih dari cukup dalam hidupku. Sebuah pernyataan yang tidak biasa bagi saya, namun menjadi sebuah pembelajaran untuk melihat sebuah proses dari sisi yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun