Mohon tunggu...
Damanhury Jab
Damanhury Jab Mohon Tunggu... Jurnalis - To say Is Easy, To Do is Difficult, To Understand Is Modifical

Wakil Ketua Penggiat Peduli Demokrasi Nasional serta Penggiat Literasi di Pelosok Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dalam Pusaran Perlawanan Patriarki

1 Februari 2020   19:25 Diperbarui: 1 Februari 2020   19:31 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Penulis | Dok. pribadi

Melihat kondisi pergolakan pemikiran dan dialektika publik yang berkaitan dengan seks dan gender di Indonesia mengajak saya menyusun kembali sedikit paparan yang berkaitan dengan kondisi dan realitas yang tengah terjadi di lingkungan masyarakat tentang pemahaman dasar seks, gender serta kajian -- kajian ilmiah yang kemudian coba saya kaitkan melalui acuan empiris.

Jauh sekitar ratusan tahun yang lalu , sejarah mencatat bahwa kaum perempuan punya cerita kelam. Keresahan selalu meradang dalam kehidupan kaum perempuan. Mulai dari penindasan, kekerasan, diskriminasi, eksploitasi dan lain sebagainya. Hal yang melatarbelakangi itu semua adalah adanya perbedaan gender dan ketidak adilan gender dengan struktur ketidak adilan masyarakat secara luas.

Tercatat dengan jelas betapa derita R.A Kartini yang mengabadikan fenomena sosial kala itu dengan latar budaya dan stigma yang tertanam dalam benak masyarakat kala itu. Bahwa seorang perempuan tidak mesti mengenyam pendidikan hingga pada tingkatan tertinggi karena perempuan hanya hiasan dalam rumah tangga ataupun bahkan perempuan tidak berhak menentukan pilihan untuk menikah dan menjadi istri satu -- satunya dalam rumah tangga. Budaya telah mengantarkan pemikiran masyarakat pada stigma yang kurang adil dan menyudutkan suatu golongan (jenis kelamin).

Pemahaman mendasar yang perlu diketahui ketika membahas persoalan perempuan adalah membedakan antara konep seks (jenis kelamin) dan konsep gender. Seks (jenis kelamin) merupakan pembagian dua jenis kelamin yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu, perempuan ditandai dengan alat reproduksi seperti rahim, memproduksi sel telur dan memiliki vagina, sementara laki-laki ditandai dengan alat reproduksi berupa penis dan menghasilkan sel sperma. Sementara gender, gender merupakan suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural.

Seks dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) artinya jenis kelamin. Sementara gender dalam  KBBI pun sama artinya dengan seks yaitu jenis kelamin. Meskipun dalam tinjauan bahasa keduanya sama  namun keduanya sebenarnya berbeda karena jika 'seks' mengacu pada profil biologis laki-laki, perempuan dan interseks, 'gender' sendiri merupakan istilah yang lebih tepat untuk merujuk pada sikap, perasaan dan perilaku yang diasosiasikan dengan jenis kelamin seseorang.

Membahas tentang gender, Baron (2000: 188) mengartikan bahwa gender merupakan sebagian dari konsep diri yang melibatkan identifikasi individu sebagai  seorang laki-laki atau perempuan. Sementara itu Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah  gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan

Sementara itu, sejarah perbedaan gender dan ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang panjang. Hal tersebut terjadi dikarenakan banyak hal, diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat dan dikonstruksi secara sosial dan kultural dalam lapisan masyarakat. Sering kali klaim perbedaan gender terdengar di sekitar kita. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, keibuan, emosional, irasional. Sementara laki-laki dianggap kuat, tangguh, rasional.

Melalui proses yang panjang, sosialisasi gender akhirnya dianggap suatu ketentuan Tuhan yang bersifat kodrati. Sehingga klaim perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan. Jika ditelaah lebih jauh, tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga ada yang memiliki sifat lemah lembut dan keibuan dan perempuan juga ada yang memiliki sifat tangguh dan kuat. Kurang lebih seperti di atas, uraian singkat terkait konsep seks dan gender.

Mirisnya, dewasa ini dalam proses memahami perbedaan seks dan gender, yang menjadi masalah adalah terjadi kerancuan dan pemutar balikan makna tentang seks dan gender. Pengertian yang sesungguhnya dari gender, tidak sesuai pada tempatnya, karena konstruksi sosial dianggap sebagai kodrat. Artinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan gender dianggap sebagai ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan. Seolah-olah suatu hal tersebut sudah otentik dan tidak dapat diubah lagi.

Perempuan dalam Pusaran Diskriminasi Gender

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa akar yang menjadi penyebab adalah perbedaan gender yang kemudian melahirkan ketidakadilan gender. Hal itu kemudian melahirkan sebuah budaya yang disebut budaya patriarki. Di dalamnya terdapat relasi yang tidak seimbang antara kaum laki-laki dan perempuan. Laki-laki dianggap lebih kuat, maka laki-laki memperoleh kebabasan berekspresi di ruang publik, sementara perempuan dianggap orang yang lemah, sehingga dalam tatanan sosial perempuan selalu berada di bawah laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun