Mohon tunggu...
Dadan  Rizwan Fauzi
Dadan Rizwan Fauzi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana (Megister) PKn UPI Ketua Umum Aliansi Pemberdayaan Pemuda Nusantara (ASPENTARA)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merekat Kebhinekaan

19 Mei 2017   22:05 Diperbarui: 19 Mei 2017   22:11 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari sabang sampai Merauke

Berjajar pulau-pulau

Sambung menyambung menjadi Satu

Itulah Indonesia

Bait-bait lagu tersebut berasal dari lagu Wajib berjudul Dari Sabang Sampai Merauke karangan R. Suharjo. Lagu tersebut mengajak kita untuk merenung kembali betapa Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki wilayah sangat luas dan terdiri dari bermacam-macam perbedaan suku, ras, agama, dan pulau-pulau yang sangat indah. Indonesia merupakan rumah kita bersama, tempat bernaung segala perbedaan berpadu menjadi warna yang sangat indah.

Ir. Soekarno bapak proklamator Indonesia, pernah mengatakan bahwa Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan milik suatu agama, bukan milik suatu suku, bukan milik suatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke. Bangsa adalah satu jiwa (une nation est un âme). Satu bangsa adalah satu solidaritas yang besar (une nation est un grand solidarité).

Penting untuk diingat, dalam perjalanan “melahirkan” Indonesia sampai bertahan hingga saat ini bukanlah sebuah perjalanan dengan waktu yang singkat, namun memerlukan proses yang begitu panjang untuk bisa memadupadankan sekaligus menyatukan berbagai warna perbedaan menjadi sebuah persatuan. Hal ini pun tidak terlepas dari kedewasaan berpikir serta semangat persatuan, kesatuan, dan kesadaran yang dimiliki oleh para pemuda untuk sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan.

Jika melihat realitas secara historis-empiris yang terjadi dilapangan, lahirnya organisasi Boedi Outomo pada tahun 1908 menjadi cikal bakal lahirnya gerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Semangat persatuan, kesatuan, dan kesadaran yang dimiliki oleh kaum pemuda saat itu telah mampu untuk sama-sama memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa penjajahan.

Sekat dalam Keberagaman

Belakangan ini kita semakin riuh diberi tontonan berbagai fakta yang bisa menjadi pemicu retaknya tenun kebangsaan. Salah satu penyebabnya adalah berita hoax yang menjadi viral di media sosial merupakan fakta nyata yang bisa mengancam ikatan persaudaraan kita sebagai bangsa besar yang dibangun atas latar belakang perbedaan.

Thomas Lickona seorang profesor pendidikan Karakter dari Cortland University mengungkapkan bahwa “ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran”. 1). Meningkatnya kekerasan remaja, 2). Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, 3). Meningkatnya perilaku merusak diri (narkotika, miras, seks bebas dll), 4). Semakin kaburnya pedoman moral, 5). Menurunnya etos kerja, 6). Rendahnya rasa tanggungjawab individu/bagian dari bangsa, 7). Rendahnya rasa hormat pada orang tua/guru, 8). Membudayanya ketidakjujuran, 9). Pengaruh kesetiaan kelompok remaja yang kuat dalam kekerasan, 10). Meningkatnya rasa curiga dan kebencian terhadap sesama (Ganiem, 2013).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun