Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rindu Soeharto??!!

18 Mei 2011   07:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:30 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indo Barometer tiba-tiba mengumumkan hasil survey mengenai "Presiden Indonesia mana yang paling disukai?" dari 1200 koresponden dengan komposisi 36,5% untuk Soeharto lalu berturut-turut 20,9% Susilo Bambang Yudhoyono, 9,8% Soekarno, 9,2% Megawati Soekarnoputri, 4,4% BJ Habibie dan 4,3% Abdurrahman Wahid.

Kemudian secara dramatis media-media pun melansir, bahwa rakyat Indonesia merindukan Soerharto dan masa Orde Baru (ORBA). Dan juga secara mengejutkan banyak yang mengagung-agungkan masa ORBA. Kemudian ada juga mengatakan "merindukan ketegasan Soeharto".

Buat saya masa ORBA adalah masa kelam bagi bangsa Indonesia. Masa yang tak ingin saya ulangi melewatinya. Orde yang menyisakan kelamnya hingga saat ini.

Masa ORBA itu ibarat membungkus bangsa ini dengan kemasan yang indah dan bagus, tapi memiliki isi yang sangat buruk bahkan busuk.

Hal yang paling menonjol dalam ORBA adalah pelanggaran HAM berat, KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) juga tak ada kebebasan berpendapat dan menentukan pilihan.

Ketegasan dimasa ORBA berarti adalah pelanggaran HAM diantaranya Pembunuhan Masal 1965 (tanpa disidangkan), Penembakan Misterius (Petrus), Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh, DOM Papua, Tanjung Priok, Kasus 27 Juli, Penjajahan di Timor Timur, Trisakti 12 Mei 1998, Kerusuhan 13-14 Mei 1998.

Itu baru yang tampak belum lagi bila yang menyampaikan kritik terhadap pemerintah "dibungkam" dengan ancaman, intimidasi bahkan "dilenyapkan".

Tentu media tidak boleh memberitakan berbagai pelanggaran HAM tersebut, bila ada yang berani, konsekuensinya wartawannya "dibungkam" atau bahkan medianya di bredel.

Apakah ketegasan yang seperti itu yang sekarang ini sedang dirindukan?

Lalu KKN yang telah berurat akar. Dijaman ORBA bila ingin makmur, ikutlah cara-caranya yang "elegan" diantaranya menyuap, korupsi bersama, menjilat, kolusi dan nepotisme. Ingin karier atau bisnis lancar harus pandai menggunakan cara tersebut, kalau jalan yang dipilih adalah kejujuran, maka karier tersendat, bisnis terhambat. Dan ini merata disemua lini yang mengakibatkan monopoli yang tak terhindarkan, menghasilkan pejabat tinggi yang tak berkualitas dan tentu berakhir dengan kehancuran perekonomian negara.

Dan warisan KKN itulah yang sudah bagai benang kusut yang hingga sekarang masih belum terurai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun