Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Animo masyarakat tertuju pada tunjangan hari raya (THR). Tunjangan hari raya yang diimpi-impikan oleh seseorang. Tunjangan hari raya yang dapat digunakan untuk belanja atau berbagi dengan saudara ataupun sesama. Apapun itu, yang dilakukan dengan THR. Pada intinya bersyukurlah. Sebab, dengan THR membuat kebutuhan yang menggunung menjadi mengecil (teringankan). Selain itu juga, THR dapat membuat penerimanya kaya sesaat dan dapat digunakan untuk sesuatu hal yang selama ini diinginkan.
Besarnya THR yang diterima memang setara dengan gaji per bulan maka wajib ain untuk selalu disyukuri. Daripada tidak menerima THR sama sekali seperti karyawan yang resign sebelum lebaran tiba. Jadi, THR dilarang untuk dikeluhkan.
Tunjangan hari raya sejatinya membuat penerima berbunga dan bahagia. Berbeda pula dengan tunjangan hari akhirat. Tunjangan hari akhirat ini hanya berlaku bagi guru honorer seperti saya saat ini.Â
Fenomena ini sangat memprihatinkan, sama-sama bekerja sebagai pendidik tetapi finansial yang diterima setiap bulan cukup untuk mengisi bahan bakar. Inilah kenyataan yang sering dikeluhkan guru honorer. Tidak pernah mengenal indahnya menerima uang tunjangan hari raya (THR). Apalagi menikmati uang THR dengan berbunga ataupun bahagia. Meski pun demikian adanya, tidak boleh berduka berlebihan sebab rezeki dalam kehidupan ini sudah ada yang mengatur.
Guru honorer hanya mengenal tunjangan hari akhirat. Dimana kerja ikhlas yang selama ini dijalani hanya dihadiahi sebuah doa tulus dari seorang murid yang telah berhasil dididik. Kenyataanya jika dinilai dengan tunjangan hari raya yang bernominal sekian, tunjangan hari akhirat justru lebih mulia dibandingan dengan THR yang sesungguhnya.
Ditegaskan lagi, berapapun jumlah yang diterima dari tunjangan hari raya tersebut. Sebaiknya, jangan lupa juga disisihkan untuk akhirat. Jangan sampai dibuang untuk membelanjakan hal-hal yang tidak penting. Menyisihkan tunjangan hari raya untuk suatu hal yang baik pun sudah menjadi bekal nanti di akhirat. Apalagi jika berbagi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan maka pahalanya tidak akan tanggung-tanggung. Sehingga, tunjangan hari raya yang diterima akan berbuah kebahagiaan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.Â